Mohon tunggu...
Danie Eka
Danie Eka Mohon Tunggu... -

Just a simple girl

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepanjang Jalan Braga

11 Juli 2012   14:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:03 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sore ini kuputuskan untuk menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan di sekitar Jalan Braga—salah satu tempat favoritku. Di kawasan ini hampir tak pernah sepi pengunjung, selalu ramai hampir 24 jam, all day long. Banyak gedung-gedung tua peninggalan Belanda yang berjejer megah, dengan arsitekturnya yang selalu berhasil menghipnotis mataku, membuatku berdecak kagum. Selain itu, hal yang membuatku senang jika jalan-jalan di kawasan ini adalah aku bisa memanjakan perutku dengan jajanan khas Bandung.


Setelah beberapa saat berjalan, aku memilih untuk duduk di sebuah kursi dan menikmati beberapa jajanan yang tadi sempat kubeli. Kuedarkan pandanganku, mengamati orang-orang yang berlalu lalang di sepanjang jalan ini. Tampak segerombolan anak muda yang sibuk mengarahkan knop lensa kameranya, membidik segala macam obyek yang menarik, beberapa pasangan yang berjalan berpegangan tangan, juga anak-anak kecil yang berlarian. Semua terlihat bahagia.


Entah bagaimana, tiba-tiba sekelebat bayanganmu muncul begitu saja dalam ingatanku. Rasa perih sekaligus rindu, kompak memenuhi pikiranku. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku, mencoba mengusir kamu dari dalam otakku. Iya, kamu harus segera enyah dari ingatanku. Tapi kamu tahu kan, rindu bisa saja muncul sewaktu-waktu tanpa pernah kita mau. Semakin aku memaksa untuk mengusirmu, semakin kerap kamu datang menghampiriku.


Aku mengutuk diriku sendiri. Bagaimana mungkin aku begitu mudah terperdaya kata-kata manismu. Bagaimana mungkin aku begitu saja jatuh cinta padamu. Sampai sebelum akhirnya, seorang perempuan muda berparas manis tiba-tiba menghubungiku dan ingin bertemu denganku. Dia mengaku bahwa dia adalah istrimu. Aku terkejut bukan main, kepalaku berat, dan tiba-tiba segalanya terasa gelap. Kamu tahu, kini aku benar-benar membencimu!!


Aku menghela nafas panjang. Kuteguk pelan teh botolku. Aku mengedarkan pandanganku lagi, mencoba mengusir lamunanku. Tanpa sengaja mataku menangkap bayangan yang tak asing bagiku, sosok yang begitu kukenal. Iya, itu kamu!


Satu detik, dua detik, tiga detik, mataku tak berkedip, aku terpaku menatapmu. Jantungku berdegup kencang. Kucoba mengatur nafasku yang mulai tak beraturan. Aku menggeser dudukku, berusaha agar tak tertangkap matamu. Aku memandangimu dari jauh, diam-diam.


Sesaat sebelum aku akan beranjak berdiri, perempuan yang menemuiku saat itu muncul dari  ballik punggungmu, mengurungkan niatku untuk membuat perhitungan denganmu, dan mungkin akan mendampratmu habis-habisan. Iya, setelah kejadian waktu itu, kamu seperti hilang ditelan bumi, menghilang begitu saja tanpa pernah meminta maaf padaku.


“Ayah, aku mau mainan itu,” tiba-tiba terdengar suara anak kecil merengek manja dan menarik-narik celanamu. Kamu menoleh ke arah suara itu, tersenyum dan merengkuh anak kecil itu dan menggendongnya di pelukanmu---seorang gadis kecil berusia sekitar dua tahun dengan baju berwarna pink dan rambut yang dikuncir lucu. Lalu, perempuan disampingmu ikut tersenyum dan mengecup gadis kecil itu. Aku melihat kalian bertiga tertawa. Tampak bahagia.


Tanpa sadar bulir kecil menetes dari sudut mataku. Bagaimana mungkin aku tega merusak kebahagiaan yang kulihat sekarang ini. Aku segera menyeka air mataku. Tiba-tiba perasaan  lega muncul dalam hatiku. Perasaan yang aku yakin, kelak akan mengobati lukaku. Dan senyum itu---senyum yang tak pernah kulihat sebelumnya, biarkan tetap seperti itu.


Aku beranjak dari kursiku, melanjutkan acaraku menikmati sore hingga menjelang malam di sepanjang jalan Braga---dengan senyuman.*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun