briket arang dari bonggol jagung. Inisiatif ini tidak hanya bertujuan untuk memanfaatkan limbah pertanian, tetapi juga untuk menyediakan alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan bagi masyarakat Desa Ngembat.
Mojokerto, Juli 2024 -- Dalam upaya mengurangi dampak negatif dari limbah pertanian dan mencari sumber energi terbarukan, Kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Surabaya telah menginisiasi program pembuatanBonggol jagung, bagian dari tanaman jagung yang biasanya dibuang setelah panen, mengandung potensi energi yang tinggi. Di Indonesia, limbah bonggol jagung seringkali hanya dibakar atau dibuang begitu saja, yang dapat menyebabkan polusi lingkungan. Melihat potensi ini, kelompok KKN UNTAG Surabaya memutuskan untuk mengubah limbah ini menjadi briket arang yang bermanfaat.
Proses pembuatan briket arang dari bonggol jagung melibatkan beberapa tahapan. Pertama, bonggol jagung dikumpulkan dan dikeringkan. Setelah itu, bonggol yang telah kering dibakar dalam kondisi terbatas oksigen untuk menghasilkan arang. Arang yang dihasilkan kemudian dihancurkan menjadi serbuk halus dan dicampur dengan bahan pengikat alami, seperti tepung tapioka, untuk membentuk adonan. Adonan ini kemudian dicetak dan dikeringkan untuk menjadi briket arang siap pakai.
Briket arang dari bonggol jagung memiliki beberapa keunggulan dibandingkan bahan bakar konvensional, antara lain:
- Ramah Lingkungan: Mengurangi jumlah limbah pertanian dan polusi udara.
- Energi Terbarukan: Bonggol jagung adalah sumber daya yang dapat diperbarui setiap musim panen.
- Efisien dan Ekonomis: Proses pembuatannya sederhana dan bahan bakunya murah serta mudah didapat.
- Emisi Lebih Rendah: Membakar briket arang menghasilkan emisi yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan bakar fosil.
Inisiatif ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, terutama di daerah pedesaan yang bergantung pada pertanian jagung. Dengan memanfaatkan bonggol jagung yang sebelumnya dianggap limbah, masyarakat dapat menghasilkan produk yang memiliki nilai jual. Selain itu, pembuatan briket ini dapat menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi lokal.
Kelompok KKN UNTAG Surabaya juga mengadakan pelatihan bagi masyarakat setempat tentang cara pembuatan briket arang dari bonggol jagung. Pelatihan ini melibatkan demonstrasi langsung dan pemberian materi edukatif untuk memastikan bahwa masyarakat dapat melanjutkan produksi briket secara mandiri setelah program KKN berakhir.
Diharapkan, inisiatif ini tidak hanya berhenti sebagai proyek KKN semata, tetapi dapat berkembang menjadi usaha berkelanjutan yang dikelola oleh masyarakat. Selain itu, diharapkan juga bahwa inovasi ini dapat diadopsi oleh daerah-daerah lain di Indonesia yang memiliki produksi jagung tinggi, sehingga manfaatnya dapat dirasakan lebih luas.
Kelompok KKN UNTAG Surabaya telah menunjukkan bahwa inovasi sederhana namun efektif dapat memberikan solusi nyata bagi masalah lingkungan dan ekonomi. Dengan memanfaatkan bonggol jagung menjadi briket arang, mereka tidak hanya mengurangi limbah tetapi juga menciptakan sumber energi terbarukan yang bermanfaat bagi masyarakat. Inisiatif ini adalah contoh konkret dari bagaimana pendidikan tinggi dapat berkontribusi langsung kepada masyarakat, dan diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi inisiatif-inisiatif serupa di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H