Mohon tunggu...
Dania Ramadhan
Dania Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sedang menempuh pendidikan S1 di Program Studi Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perkembangan Historiografi Barat dari Masa Ke Masa

31 Mei 2022   19:23 Diperbarui: 31 Mei 2022   19:26 3951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berbicara perihal penulisan sejarah, tentu saja akan selalu berkaitan dengan satu hal yang dinamakan dengan jiwa zaman. Jiwa zaman disini merupakan faktor yang sangat memengaruhi ciri penulisan suatu peristiwa sejarah yang biasanya memiliki jiwa zaman yang berbeda-beda tiap periode zaman nya.

1. Zaman Yunani-Romawi Kuno

Memang benar bahwa jiwa zaman atau zeitgeist ini sangat mempengaruhi perkembangan historiografi atau penulisan sejarah. Hal tersebut terjadi juga pada saat zaman Yunani-Romawi kuno di mana jiwa zaman yang sedang berkembang pada saat itu ialah tulisan mengenai epos atau legenda. Jiwa zaman yang ada juga tentunya memiliki faktor-faktor pemicu, dan pada zaman ini yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi jiwa zaman nya adalah kepercayaan mereka mengenai dewa-dewi yang tentunya mereka anggap suci dan benar. Di masa lalu, para dewa digambarkan memiliki sebuah kekuatan yang luar biasa. Orang-orang Yunani percaya bahwa dewa-dewi memiliki sebuah tatanan yang jauh diatas kemampuan manusia (Barrens, 2009, hlm. 2). Salah satu tulisan mengenai sejarah Yunani yang paling terkenal adalah karya Iliad dan Odyssey yaitu prosa yang pernah ditulis oleh Homer atau Homerus. Iliad sendiri menceritakan tentang peperangan antarsesama bangsa Yunani atau perang saudara, yaitu kisah tahun terakhir dari Perang Troya. Iliad sendiri merupakan literatur Yunani tertua dan dikemas dengan tutur kata yang indah, halus, dan tentunya kaya. Sedangkan Odyssey menceritakan tentang perjalanan pulang dari salah seorang pemimpin Yunani (Akhaia) yaitu Odysseus. Pada masa ini, unsur etnosentrisme sangat memengaruhi penulisan sejarah. Hal tersebut dapat dilihat di dalam karya Iliad dan Odyssey yang lebih banyak menceritakan tentang kemenangan Yunani dalam Perang Troya. Kedua tulisan ini juga bahkan sangat memengaruhi Herodotus. Herodotus memulai penulisan sejarah nya dengan memulai sesuatu yang baru saat itu yaitu Oral History, dimana tidak lagi hanya tentang epos. Karya-karya yang ia ciptakan benar-benar sesuatu yang baru karena ia mencoba dari nilai-nilai Yunani-Romawi yang sudah ada sebelumnya yaitu dengan menghilangkan peran Dewa-Dewi, salah satunya adalah Perang Persia. Karya nya yang satu itu benarbenar telah malampaui zamannya dan menciptakan sesuatu yang baru perihal penulisan sejarah. 

2. Abad Pertengahan

Beralih dari masa Yunani-Romawi, selanjutnya ialah abad pertengahan. Abad pertengahan sendiri berawal sejak runtuhnya kekaisaran Romawi pada tahun 395 M hingga jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki. Karl Marx (dalam Spiegel, 1997, hlm. 58) menyebutkan bahwa abad pertengahan merupakan abad di mana gereja menguasai segala kegiatan manusia sehingga pada abad tersebut dianggap sebagai sejarah para binatang sebab akal dan pemikiran rasional tidak digunakan karena memprioritaskan kebenaran absolut dari dominasi gereja. Hal tersebut menyebabkan ilmu pengetahuan atau sains yang dirasa membahayakan posisi gereja akan dianggap sebagai ilmu sihir yang mengganggu hubungan hamba dengan Tuhan nya. Kehidupan manusia pada hakikatnya sudah ditentukan oleh Tuhan sebagai kekuatan yang tunggal, maka dari itu tujuan hidup manusia adalah untuk mencari keselamatan. Melihat betapa besarnya pengaruh gereja khususnya di Eropa saat abad pertangahan tentunya hal tersebut tidak dapat terlepas dari faktor pemicu bagaimana Kristen dapat berkembang bahkan mendominasi suatu peradaban. Periode ini diawali dengan kemenangan Constantine sebagai Kaisar Tunggal dan menjadi titik balik Kristen yang sebelumnya merupakan agama yang tersisihkan oleh dominasi praktik paganisme yang dianut oleh masyarakat Romawi itu sendiri. Romawi saat itu merupakan kekaisaran yang memiliki wilayah teritorial sangat luas sehingga tentu saja hal tersebut memudahkan Kristen untuk menyebar dengan cepat. Di bawah kekuasaan Constantine dan generasi penerusnya, pemerintahan yang didasari dengan keagamaan mulai terbentuk. Mulai dengan ditempatkannya pendeta tinggi Kristen di setiap provinsi dan menjadi pemimpin komunitas dan fungsionaris manejerial yang kemudian mulai mendapatkan otoritas dan menjadi selaras dengan pegawai negeri kekaisaran. 

Pada abad pertengahan, agama dan dunia terpisah secara menyeluruh dan tidak dapat melebur satu sama lain. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Wahjudi DJaja (2015, hlm. 36-37) yang pernah menyatakan bahwa apabila seseorang tidak melangit maka haruslah membumi, atau jika tidak meyakini kekuatan alam gaib atau spiritualisme terhadap segala urusan kehidupan, maka dia harus memutuskan hubungan tersebut secara menyeluruh dengan Tuhan. Dengan ini, jiwa zaman yang memengaruhi penulisan sejarah pada abad pertengahan sudah mulai terlihat. Jiwa zaman yang hidup dan menjadi karakteristik periode ini ialah menjadikan teologi atau keagamaan sebagai pusat pemikiran. Namun terdapat perbedaan mengenai teologi yang muncul pada masa ini dengan masa yang sebelumnya. Perbedaan tersebut terletak asal dari ilmu agama atau teologi itu sendiri. Teologi yang digunakan pada masa Constantine ini disusun berdasarkan budaya Kristiani yang biasa disebut dengan skolastik (Sarwani, 2021). Selain itu visi mereka berorientasikan kepada Tuhan atau Allah baik dalam ilmu pengetahuan, moral, yuridis, maupun institusional. Teologi ini membenarkan apapun yang dikemukakan oleh Bapak Gereja. James Harvey Robinson (dalam Barnes, 1963, hlm. 3) mengemukakan bahwa terdapat dua pengertian sejarah berdasarkan pandangannya, yaitu obyektif dan subyektif. Secara obyektif, sejarah merupakan segala yang kita ketahui mengenai apa yang dikerjakan, dipikirkan, diharapkan, dan dirasakan oleh manusia pada masa lampau, sedangkan secara subyektif, sejarah dianggap sebagai memori mengenai segala yang pernah terjadi yang berada di dalam alam kesadaran manusia. Dalam perkembangannya, historiografi sendiri mengalami perkembangan yang berbeda-beda tiap periode zaman nya tergantung dari lingkungan, kebudayaan, dan tempat karya tersebut lahir dan berkembang. Sehingga dapat dikatakan bahwa studi historiografi ini mempelajari bagaimana para sejarawan menafsirkan dan menuliskan sebuah fakta sejarah. Secara tidak langsung, dapat dikatakan bahwa sejarawan merupakan representasi dari zaman nya masing-masing karena dalam karya nya terdapat ikatan dengan kebudayaan di mana sejarawan dan karya nya tersebut muncul (Kartodirdjo, 1986, hlm. 244). Begitupun penulisan sejarah pada awal abad pertengahan. Historiografi pada masa abad pertengahan ditandai dengan puncak dominasi gereja dan penulisan sejarah yang dilakukan bukan oleh para ahli melainkan oleh Bapak Gereja karena pengaruh teologi sangat memengaruhi pemikiran saat itu.

Menurut Situmorang (2019, hlm. 142), keistimewaan dari laporan historis yang mereka tinggalkan ialah isi nya yang memiliki makna penyelamatan yang unik dan tidak dapat dibandingkan. Karya sejarah mereka merupakan kesaksian yang senantiasa mengundang jawaban iman dalam diri manusia, dan tidak ditujukan sebagai alat untuk menunjukkan rasionalitas mengenai kebenaran dari peristiwa penyelamatan di mana Allah sendiri yang mengambil inisiatif. Penulisan ini dilakukan sebagai upaya penyebaran agama atau kepercayaan Kristen itu sendiri. Salah satu sejarawan yang tentunya pada karya nya tidak dapat terlepas dari pengaruh kebudayaan ialah St. Augustine yang hidup pada tahun 354-430 M. Beliau hidup pada masa peralihan zaman klasik ke zaman pertengahan sehingga beliau memijakkan kakinya di kedua zaman tersebut. Augustine dalam tulisannya yang berjudul Civitas Dei, membandingkan kehidupan Kerajaan Dunia (Civitas Terrena), dengan Kerajaan Surga (Civitas Dei) yang mana menurutnya Kerajaan Surga lah yang lebih unggul. Hal ini kembali merujuk kepada penyelamatan manusia yang telah ditentukan oleh Tuhan sehingga segala proses sejarah manusia berada di dalam rencana-Nya (Syukur, 2009, hlm. 5). Selain itu, Augustine berpandangan bahwa Kerajaan Dunia hanya berlangsung sementara dan dapat diubah, seperti raja memiliki kekuasaan yang absolut padahal kekuasaan merupakan takdir dan sepenuhnya milik Tuhan. Sedangkan Kerajaan Surga bersifat abadi dan tidak dapat diubah, di mana Tuhan lah yang menjadi kekuatan satu-satunya (Ernst Breisach, 2007, hlm. 84-85). Dari pembandingan yang dibuat oleh Augustine ini dapat menunjukkan bahwa historiografi saat itu bersifat Nasrani-sentris.

Selain St. Augustine, sejarawan lain yang terlihat jelas jiwa zaman abad pertengahan nya ialah Otto von Freising dari Jerman dengan karya nya yang berjudul Chronicle or History of Two Cities di mana di dalamnya dikemukakan idea mengenai teologis dan teleologis. Dalam teologis disebutkan bahwa proses sejarah manusia pada awalnya memang mendapatkan banyak kesulitan yang kemudian mendapatkan keselamatan berkat pertolongan dan bimbingan Tuhan. Sedangkan dalam teologis disebutkan bahwa proses sejarah manusia akan berakhir pada alam baka atau akhirat. Sejarawan pada masa abad pertengahan memiliki prinsip yang sama yaitu demi kemuliaan Tuhan. Sehingga sejarawan pada masa itu kebanyakan dari kalangan pejabat gereja, bahkan Bapak Gereja atau Uskup. Abad pertengahan dikenal sebagai abad kegelapan didasarkan pada pendekatan yang digunakan yaitu berlandaskan pada sejarah-gereja. Penulisan sejarah harus berdasarkan kepentingan gereja sehingga tindakan tersebut membelenggu kehidupan manusia baik dalam berbuat maupun berpikir sehingga mereka yang hidup saat itu tidak memiliki kesempatan untuk mengembangan ide dan potensi diri sebab apapun yang bertentangan dengan aturan gereja, hal tersebut akan dihukum. Namun di sisi lain, hidup seorang tokoh yang isi permikiran nya berlandaskan kepada agama Islam dan ilmu pengetahuan, yaitu Ibn Khaldun. Banyak sekali karya nya yang sangat terkenal salah satunya adalah Kitab Muqaddimah yang merupakan buku pertama dari Kitab Al-I‟bar. Kitab ini berisi mengenai teori hasil pemikiran Ibn Khaldun tentang permasalahan-permasalahan sejarah, juga sosiologi. Selain itu Kitab Al-Ta‟rif juga sangat dikenal, isi dari kitab ini menceritakan tentang sejarah kaum barbar, dari asalusul hingga ke generasi penerusnya. 

3. Era Modern

Memasuki era modern, kemajuan pada era sebelumnya tentu terjadi karena sebuah pemicu, seperti renaissance, aufklarung, romantisme akan masa lalu, dan lain sebagainya. Adanya rasa rindu akan kejayaan yang pernah diraih sebelum terjadinya abad pertengahan, dan dengan begitu masa ini merupakan suatu tekad dan semangat untuk mengembalikan rasionalitas yang sebelumnya ditekan oleh dogma Gereja. Setelah runtuhnya kekuasaan atau dominasi Gereja, ilmu pengetahuan mulai berkembang di Eropa. Begitu pula dengan penulisan sejarah yang mulai kompleks. Pada abad modern ini, segala ilmu pengetahuan didasarkan kepada akal sehat manusia, dan yang menjadi unsur paling penting pada abad ini adalah dengan mengesampingkan peranan supranatural. Tokoh-tokoh yang dikenal berjasa dalam menyebarkan prinsip tersebut kepada dunia adalah Voltaire, Montesque, Heeren, dan lain-lain. Historiografi atau penulisan sejarah pada era modern meluas pada sejarah sosial, kultural, ekonomi, dsb. Para sejarawan sangat menghindari unsur-unsur khayalan, mistis, prinsip teologi, dan mulai beralih ke unsur natural. Mereka berusaha untuk menyepakati dua hal yang bertentangan (peran Tuhan dan alam) dan mencari jalan tengah pada dua perspektif. Adapun beberapa sejarawan yang terkemuka pada abad ini yaitu Arnold Toynbee dengan karya nya yaitu A Study of History (1934), Collingwood dengan karya nya The Idea of History, juga Francesco Guicciardiani dengan karya nya yang paling terkenal yaitu Historia d’Italia.

REFERENSI:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun