"Bu, maaf ya, aku gak bisa makan malem bareng nich, soalnya aku ada janji ketemu temen2 lamaku malem ini, karena bentar lagi aku khan udah berangkat lagi ke Australi jadi gak ketemu mereka lagi " kata putri bungsuku. Padahal sabtu siang tadi, aku khusus belanja udang dan cumi2 di pasar Mayestik buat dimasak kesukaannya di malam minggu ini sambil crita2. Ya sudah lah....akhirnya tempe goreng,sambel dan nasi panas yang menjadi kesukaanku lah yang menemani makan malamku.
Satu kata "KEBERSAMAAN", inilah kata2 yang saat ini sangat sulit aku dapatkan di dalam keluargaku.Tapi aku tidak menyesalinya koq, hanya berusaha memaknai arti kata2 itu dalam sebuah keluarga. Ternyata artinya sangatlah mendalam dan mahal kalo hal itu bisa disadari oleh masing2 pihak yang berkumpul.
Saat ini KEBERSAMAAN dalam keluarga harus aku raih dan berusaha untuk kudapat, tapi kalo memang tidak bisa ya tidak apa apa, enjoy aja lagi....kata anak anak sekarang, karena aku harus menghargai kepentingan orang2 dekatku yang tidak bisa berkumpul. KEBERSAMAAN  dalam keluarga kami tidak lagi utuh semenjak 7 tahun yang lalu, saat tiba tiba suami tercintaku dipanggil Sang Pencipta dalam usia yang relatif muda, meninggalkan aku dan 2 putriku yang masih kecil dan remaja saat itu. Semua peralatan masak modern yang biasa aku coba untuk memamerkan masakan istimewaku guna mengisi kebersamaan kami, semuanya saat ini tersimpan rapih dilemari, mudah-mudahan tidak rusak saja.
Sejak itulah, maka moment kebersamaan, merupakan waktu yang harus aku raih, setelah satu anggota kami sudah tidak lagi hadir dalam kebersamaan keluarga. Karena harus menjadi kepala keluarga juga, maka waktu kami berkumpul bersama sangatlah terbatas.Anak2 dan aku pulangnya sudah malam sampai dirumah dan Saat paling tepat menjalankan kebersamaan adalah hanya saat kita bersama berada di dalam 1 mobil dan aku yang menjadi pengemudinya.
Kenapa tidak dirumah saja saat santai atau libur ?? . Ternyata era telah berubah, waktu dirumah, dimanfaatkan oleh anak2ku buat kesibukannya masing2 dengan mainan dan hiburannya sendiri2, sulit untuk mengajak mereka berkomunikasi dan berdiskusi dengan saling menatap mata, tetapi kalo sudah didalam mobil baik saat berangkat sekolah dan pulang sekolah, mau tidak mau disinilah Kebersamaan kami baru tercipta,mulai dari tutup pintu mobil sampai buka pintu mobil turun disekolah masing2, aku baru bisa bicara dan anak2 fokus mendengarkannya dari mulai nasehat,ngomel,berargumen sampe mereka mengeluarkan pendapatnya dari apa yang dilihat dijalan, kita bahas semua  didalam mobil dan  barulah aku bisa merasakan arti kebersamaan.
Efektifkah waktu yang hanya paling lama 30 menit itu ??, waah ternyata aku baru bisa menilai keberhasilanku menciptakan kebersamaan tersebut adalah saat ini. Tanpa terasa, anakku yang besar ,setamat SMA menetapkan untuk kuliah sambil bekerja di Australia yang saat ini Alhamdullilah telah lulus S1 nya. Ternyata KEBERSAMAAN kami yang hanya 30 menit setiap harinya saat masih dibangku sekolah mempunyai makna yang dasyat dan membuat mereka bertanggungjawab atas jalan hidup yang harus dijalaninya atau mungkin juga karena kasihan juga melihat ibunya yang single parent tiap hari "ngomel" kasih nasehat. Yang lebih membuat aku terkejut memaknai KEBERSAMAAN selama 30 menit didalam mobil itu berguna, adalah saat putri bungsuku yang kala itu SMA, lulus seleksi ketat beasiswa AFS/YES untuk berangkat ke Amerika selama 1 thn, dimana dengan entengnya dia menjawab pertanyaan salah satu jurinya , katanya seperti yang ibu selalu ngomel kalo kasih nasehat setiap hari di mobil !!. Ya Allah, ternyata semua omongan ku yang kadang sambil ngomel dimobil itu terekam penuh dalam ingatan anak2ku.
Buah hasil dari KEBERSAMAAN kami sering "diskusi" didalam mobil setiap berangkat sekolah , membuat aku tahun lalu sempat ditinggal oleh putri2ku yang menuntut ilmu di Negeri yang berbeda, Australia dan Amerika. Namun akhir tahun kemarin KEBERSAMAAN itu dapat aku raih kembali dengan berkumpul di Australia karena anakku yang besar wisuda.
Dari perjalanan hidup ini, saya bisa menilai bahwa arti  KEBERSAMAAN dalam keluarga akan mempunyai nilai yang tinggi, bukan tergantung dari kuantitas pertemuan tetapi lebih pada kualitas pertemuan itu sendiri. Oleh karena itu, bagi teman-teman yang masih mempunyai keluarga yang lengkap buatlah KEBERSAMAAN dalam keluarga menjadi suatu moment yang harus mempunyai nilai yang berkualitas sehingga apabila suatu saat KEBERSAMAAN itu tidak bisa terjadi, kita jadi legowo dalam menghadapinya.
Ini hanya cerita sekedar sharing saya saja, karena ditinggal anak saya yang pergi janjian dengan temennya, bukan bermaksud mau menggurui. Oke...Selamat berhari libur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H