Mohon tunggu...
Hendry Gunawan
Hendry Gunawan Mohon Tunggu... Guru - Sang Pemimpin

Pengajar di SMK Negeri 1 Bengkulu Selatan Pencinta Sepakbola dan Teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

BBM dan Gas, Semua Susah

13 Desember 2017   10:42 Diperbarui: 13 Desember 2017   10:52 1532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Hidup di Indonesia itu ternyata tak mudah. Setiap saat kebijakan bisa berubah tanpa ada perencanaan yang matang. Seperti saat ini hampir setiap daerah selalu dihiasi susahnya masyarakat mendapatkan si melon. Kalau punada harganya sudah melangit tinggi, untuk saat ini di Kabupaten Bengkulu Selatan berkisar Rp 26.000 - Rp 28.000, dari biasanya Rp 20.000.

Alasan pemerintah mengurangi peredaran si melon adalah mengurangi pemakaian oleh yang tak berhak. Karena si melonmasih mendapatkan subsidi dari pemerintah dan dipakai bukan saja oleh orang yang masih dalam kategori keluarga pra sejahtera tapi juga dipakai oleh masyarakat yang dianggap sejahtera termasuk saya...hee....heee. Makanya si melon akan dipangkas yang nanti nasibnya sama dengan premium.

Selain gas elpiji, di kotaku juga disibukkan dengan susahnya mendapatkan BBM dalam hal ini pertalite dan pertamax. Sudah 2 minggu, satu-satunya SPBU di Kota Manna, masyarakat disibukkan dengan antrian BBM. Setiap pagi masyarakat harus ikut antri untuk mendapatkan pertalite atau pertamax, barang sudah bukan subsidi dari pemerintah. Kalau tidak mau antri maka tak akan kebagian BBM karena di siang hari BBM sudah habis.

Bagi saya pribadi dan juga sebagian masyarakat tak masalah jika subsidi dicabut tapi ketersediaan barang terjamin. Banyak berita baik di media cetak atau televisi bahwasannya banyak penyelewengan barang bersubsidi. Terjadi pengoplosan dari barang subsidi ke non subsidi oleh pihak tertentu untuk mendapatkan keuntungan berlipat ganda. Dan sampai saat ini hal tersebut belum terungkap oleh aparat hukum.

Malah ada di koran yang menyatakan jika gas elpiji 3 kg tak akan didistribusikan di warung-warung, hanya boleh di beli di pangkalan saja. Apa tidak repot masyarakat yang jaraknya jauh dengan pangkalan. Tidak di setiap desa ada pangkalan elpiji. Masa  untuk beli gas saja harus menempuh puluhan kilo meter. Begitu juga dengan BBM, hanya untuk mendapatkan BBM 3 liter harus antri 30 menit atau lebih. Kalau mobil, butuh satu jam atau lebih untuk sekali pengisian.

Saat ini belum ada tindakan pemerintah daerah untuk mengatasi masalah ini. Jika ini terus terjadi jelas akan menurunkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. BBM dan gas adalah salah satu kebutuhan dasar. Jika ini terjamin maka masyarakat juga akan tenang menjalani hari-harinya dengan segala aktifitas yang ada.

Saya berharap menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru, permasalahan ini segera terselesaikan dan  bisa menikmati liburan akhir tahun dengan tenang.

Kota Manna, 13 Desember 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun