Mohon tunggu...
Petrus Danggalimu Pemula
Petrus Danggalimu Pemula Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Lahir di Pelli - Gollu Manila, Kabupaten Sumba Barat Daya, Kecamatan Wewewa Timur, Desa Wee Limbu pada tanggal 7 Februari 1983. Pernah tinggal di pedalaman Kabupaten Rote Ndao, Kecamatan Lobalain, Desa Kuli, Dusun Talilipa, sebagai pelayan anak usia dini melalui bidang pendidikan dengan visi: pendidikan berkualitas dan karakter mulia dalam diri siswa. Menjabat sebagai kepala TK-SD dari tahun 2008 hingga 2018. Kemudian, pindah ke Kupang dengan tujuan yang sama dan terlibat dalam beberapa unit pendidikan seperti Rumah Belajar Tefila di Oebufu - Kupang, Rumah Belajar Matani, dan Rumah KITA TK&SD. Saat ini, tinggal di Kota Kupang, Oebufu, sambil bertani secara organik.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Antara Kentut dan Omongan

1 Juli 2020   17:16 Diperbarui: 25 Desember 2024   07:12 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah kita pernah kentut? Tentu saja, semua manusia normal di muka bumi pasti pernah kentut. Ada saat di mana kentut seseorang membuat sangat tidak nyaman karena baunya yang menyengat dan membuat mual. Ada juga kentut yang baunya seirama dengan bau badan orang yang kentut.

Namun, tahukah kita bahwa ada kentut yang sangat berharga karena nyawa adalah taruhannya? Misalnya, seseorang yang baru selesai dioperasi, dokter akan sangat berpikir keras apabila orang tersebut belum kentut.

Tetapi poin yang ingin dibahas di sini bukan tentang bau atau berharganya kentut, melainkan bahwa kentut "tidak mempunyai isi", kecuali angin doang.

Ada banyak orang di dunia ini yang layaknya kentut. Maksudnya adalah bahwa banyak orang yang berbicara tanpa isi alias "omdo" (omong doang). Biasanya, orang-orang demikian bisa mempengaruhi orang dengan kata-kata yang begitu meyakinkan dan memesona serta membuat orang mengangguk-anggukan kepala, tetapi kemudian hasilnya nol.

Sebagai contoh, ada salah satu teman yang bercerita tentang para petani yang kecewa terhadap sekelompok orang yang mengadakan sosialisasi hebat tentang pengolahan tanah yang baik dan benar sehingga dapat membuahkan hasil yang berlipat kali ganda.

Singkat cerita, para petani memohon agar mereka dibuatkan sebuah kebun percontohan yang berukuran kecil dengan harapan agar para petani dapat belajar secara nyata. Tetapi apa yang terjadi? Walaupun mereka mengiyakan permohonan tersebut, mereka tak pernah meresponinya secara serius. Kita sudah bisa menebak hasil akhir dari sebuah sosialisasi tersebut, yakni nol/kosong.

Ada juga contoh lain, setiap kali terjadi pemilihan calon anggota legislatif, sudah bukan rahasia lagi bahwa hampir semua calon anggota mensosialisasikan diri yang juga disertai janji-janji yang kelihatan pasti sehingga membuat masyarakat penuh harap. Tetapi setelah berhasil menduduki kursi dewan, ada banyak janji yang jarang ditepati sehingga membuat masyarakat kecewa terhadap pilihan mereka.

Selain itu, kentut dapat juga diibaratkan kepada pemimpin agama yang "hanya bisa omong." Misalnya, ahli Taurat dan orang Farisi yang seringkali dicela oleh Yesus karena lebih banyak omong pengetahuan tentang TUHAN dan segala hukum tanpa adanya tindakan yang selaras dengan apa yang dikatakan. Mereka menuntut orang lain untuk berbuat ini dan itu, tetapi mereka sendiri tidak mau melakukannya (Lukas 11:46).

Nah, dengan demikian, tariklah pelajaran dari apa yang kita baca tentang kentut dan omongan yang kosong. Belajarlah untuk memiliki dan menghidupi nilai integritas. Tuhan tidak pernah bicara dalam kekosongan. IA melakukan apa yang dikatakan-Nya. Ketika DIA berkata jadilah ini dan itu, hal itu benar-benar terjadi. Belajarlah dari TUHAN kita Yesus Kristus.

Pertanyaannya adalah, masih mau terus kentut, atau mau berak? Masih mau omong doang atau mau menghidupi apa yang diomongkan?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun