ANALISIS BENTUK DESENTRALISASI KOTA SURABAYA
Penerapan desentralisasi di Kota Surabaya merupakan salah satu contoh keberhasilan otonomi daerah di Indonesia. Kota ini memanfaatkan kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat untuk mengelola berbagai urusan pemerintahan secara mandiri, termasuk pelayanan publik, ekonomi, dan pembangunan daerah. Berikut adalah analisis penerapan bentuk asas desentralisasi di Surabaya:
1. Bentuk-Bentuk Desentralisasi di Surabaya
- Desentralisasi Politik
- Surabaya telah berhasil mengimplementasikan desentralisasi politik melalui pemberian kewenangan kepada pemerintah kota dalam menentukan kebijakan lokal.
- Pemilihan Wali Kota: Pemimpin lokal dipilih langsung oleh masyarakat, menciptakan legitimasi yang kuat dalam menjalankan pemerintahan.
- Partisipasi Masyarakat: Keterlibatan masyarakat melalui forum seperti Musrenbang memberikan ruang bagi warga untuk menyampaikan aspirasi mereka.
- Desentralisasi Administratif
- Dalam hal administrasi, Surabaya memiliki kewenangan penuh untuk mengatur berbagai layanan publik, seperti:
- Layanan Terpadu: Pemerintah kota menyediakan layanan administrasi yang mudah diakses melalui Mall Pelayanan Publik dan digitalisasi layanan (e-Government).
- Pengelolaan Wilayah: Setiap kecamatan dan kelurahan memiliki otonomi untuk menangani permasalahan lokal, seperti kebersihan lingkungan dan pengelolaan fasilitas umum.
- Desentralisasi Fiskal
- Kewenangan fiskal diwujudkan melalui pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
- PAD Surabaya: Kota ini mengandalkan pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor pajak dan retribusi untuk mendanai program pembangunan.
- Alokasi Anggaran Berbasis Prioritas: Fokus pada pembangunan infrastruktur, ruang terbuka hijau, pendidikan, dan kesehatan masyarakat.
- Desentralisasi Ekonomi
- Surabaya menunjukkan kemandirian ekonomi yang kuat:
- Pemberdayaan UMKM: Melalui program Pahlawan Ekonomi dan Pejuang Muda, Surabaya mendukung pelaku usaha kecil dan mikro.
- Ekonomi Kreatif: Pemanfaatan potensi lokal, seperti pariwisata budaya dan festival kota, membantu meningkatkan perekonomian daerah.
- Desentralisasi Sosial dan Budaya
- Surabaya menggunakan desentralisasi untuk memperkuat identitas budaya dan kesejahteraan sosial:
- Pelestarian Budaya Lokal: Program seperti Festival Rujak Uleg dan Hari Pahlawan melibatkan partisipasi masyarakat secara langsung.
- Program Sosial: Pemerintah kota menyediakan layanan gratis, seperti rumah sakit bagi warga kurang mampu dan bantuan pendidikan.
2. Keberhasilan Penerapan Desentralisasi
- Inovasi Pelayanan Publik
- Digitalisasi Layanan: Aplikasi Surabaya Smart City memudahkan masyarakat dalam mengakses informasi dan layanan pemerintahan.
- Transparansi: Sistem berbasis daring juga meningkatkan akuntabilitas dalam pengelolaan pemerintahan.
- Pengelolaan Infrastruktur
- Surabaya dikenal dengan tata kota yang rapi, ruang terbuka hijau yang melimpah, dan fasilitas umum modern seperti taman kota, jalur pedestrian, serta pengelolaan limbah yang baik.
- Pemberdayaan Ekonomi
- Dukungan terhadap UMKM berhasil meningkatkan perekonomian lokal dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat.
- Tata Kelola Keuangan
- Pemerintah Kota Surabaya secara konsisten memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK, menandakan pengelolaan keuangan yang baik.
3.Tantangan dalam Penerapan Desentralisasi
- Kesenjangan Antarwilayah
- Kawasan pinggiran kota masih kurang mendapatkan perhatian dibandingkan dengan pusat kota dalam hal pembangunan infrastruktur dan layanan publik.
- Kapasitas Sumber Daya Manusia
- Tidak meratanya kompetensi aparatur pemerintah di tingkat kecamatan dan kelurahan menghambat efektivitas desentralisasi administratif.
- Tumpang Tindih Kewenangan
- Koordinasi antara pemerintah pusat, provinsi, dan kota sering kali menjadi kendala dalam pelaksanaan program yang membutuhkan sinergi lintas sektor.
- Urbanisasi
- Sebagai kota metropolitan, Surabaya menghadapi tekanan akibat urbanisasi, termasuk masalah kemacetan, permukiman kumuh, dan kebutuhan layanan publik yang terus meningkat.
4.Rekomendasi untuk Optimalisasi Desentralisasi di Surabaya
- Peningkatan Kapasitas SDM: Pelatihan bagi aparatur pemerintah daerah untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola kewenangan desentralisasi.
- Pembangunan Kawasan Pinggiran: Fokus pada pengembangan infrastruktur dan layanan publik di wilayah pinggiran untuk mengurangi kesenjangan.
- Kolaborasi dengan Pemerintah Pusat dan Provinsi: Meningkatkan koordinasi lintas sektor untuk menyelesaikan isu-isu strategis.
- Pengendalian Urbanisasi: Menerapkan kebijakan tata ruang yang lebih terintegrasi untuk mengelola pertumbuhan penduduk dan urbanisasi.
Penerapan asas desentralisasi di Kota Surabaya telah membawa dampak positif, seperti peningkatan efisiensi pelayanan publik, pembangunan infrastruktur, dan pemberdayaan ekonomi lokal. Namun, tantangan seperti kesenjangan pembangunan dan urbanisasi perlu diatasi melalui kebijakan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Dengan optimalisasi desentralisasi, Surabaya memiliki potensi besar untuk menjadi kota yang lebih maju, inklusif, dan berdaya saing global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H