Judi selalu menjadi masalah bagi masyarakat Indonesia dari tahun ketahun, banyaknya masyarakat yang ingin kaya secara instan menjadi penyebab utama judi tetap ada di Indonesia. Pemerintah telah mengilegalkan judi, dan polisi juga gencar berpatroli dalam rangka membasmi kegiatan perjudian yang ada di Indonesia. Namun, hal tersebut tidak memberikan efek yang signifikan, masyarakat akan cenderung mencari celah agar mereka tetap dapat melakukan hal tersebut. Dikarenakan sifat masyarakat yang ingin cepat kaya, mereka rela melakukan apapun untuk mencapai hal tersebut, terlepas dari baik atau buruk cara yang mereka gunakan.
Segilintir orang memanfaatkan sifat tersebut, untuk mengajak mereka "yang ingin cepar kaya" untuk mencoba alternatif baru, yaitu melakukan trading,yang sebenarnya merupakan judi, dengan embel-embel cara yang mudah dan hanya melakukan strategi psikologis. Mereka orang-orang yang mengajak dan merayu masyarakat untuk ikut ke dalam trading biasa disebut affiliator.
Para affiliator  mendapat jatah sebesar 30% dari setiap kekalahan user yang masuk aplikasi menggunakan kode referal affiliator tersebut. Mereka meyakinkan bahwa grafik yang terdapat di dalam aplikasi tersebut adalah grafik asli perdagangan mata uang secara langsung. Terdapat banyak mata uang yang tertera dalam aplikasi tersebut, mulai dari crypto, dollar, euro, yen, dll. Banyak orang terkena rayuan dan bahkan makin banyak orang yang menjadi affiliator, dan para affiliator mulai dipercaya masyarakat sebagai sosok anak muda yang sukses karena kerja keras dan kegigihan mereka.
Para affiliator juga memiliki ketenaran yang luar biasa, karena sering melakukan giveaway yang tidak main-main, dan masyarakat pun semakin mencintai para affiliator dan ingin menjadi seperti mereka, yang sebenarnya memiliki kebusukan dibaliknya.Â
Para affiliator meraih ketenarannya melalui kolaborasi-kolaborasinya dengan para artis, youtuber, dan orang-orang terkenal lainnya, bahkan para youtuber seringkali mempromosikan aplikasi jahannam tersebut. Banyak orang yang mendapat keuntungan dari aplikasi tersebut, tetapi lebih banyak lagi korban yang berjatuhan, mereka yang mendapat keuntungan pun, biasanya akan cepat kehilangan uangnya lagi, entah karena keserakahan mereka, atau pun karena aplikasi yang memakan biaya administrasi begitu tinggi, masyarakat yang mencoba aplikasi tersebut, ikut dengan harapan bahwa itu adalah suatu hal yang bisa dipelajari, dan akan menjadi suatu peluang mata pencaharian baru. Bahkan para affiliator banyak yang membuka kelas belajar, untuk menggunakan aplikasi ini. Namun disaat korban sudah berjatuhan, dan judi berkedok trading ini sedang booming-boomingnya, ada salah satu affiliator yang membongkar semua kebusukan dari aplikasi ini.Â
Mereka para affiliator mengambil 50 hingga 70% dari setiap nominal kekalahan klien yang masuk ke aplikasi menggunakan kode referralnya, tidak hanya itu diagram yang terdapat di dalam aplikasi pun bisa dimainkan oleh pihak aplikasi tersebut, jadi bukan real time market. Hal tersebut mengakibatkan kemarahan yang luar biasa dari masyarakat. Image para affiliator yang saat aitu sedang dipandang hebat, langsung jatuh sejatuh-jatuhnya. Masyarakat menuntut tanggung jawab pada para affiliator. Pada akhirnya polisi meringkus para affiliator, dan menjebloskannya ke penjara, dan trend judi berkedok trading ini pun perlahan musnah.
Kesimpulannya, "membuat cepat kaya" adalah suatu hal yang sangat menggiurkan, tetapi masyarakat Indonesia harus lebih berpikir skeptis, apakah hal tersebut mungkin ataupun tidak, selain itu kekayaan adalah suatu hal yang diraih dengan kerja keras, bukan dari hasil bermain judi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H