Anak yang berumur 11 tahun sudah melakukan vaksin lengkap, anak yang berumur 8 tahun hanya melakukan satu kali vaksin, sementara anak yang berumur 2 tahun belum vaksin, hal tersebut diungkap oleh Juru bicara Kementrian Kesehatan RI, dr. Siti Nadia Tarmizi. Di sisi lain, Prof. dr. Hanifah Oswari, Sp. A(K), pemimpin penelitian penyebab Hepatitis akut juga menyampaikan kemungkinan bahwa dua kejadian ini hanya koinsiden (terjadi bersamaan), namun tidak ada hubungan di antaranya.
Selama belum ditemukannya bukti yang konkret perihal keterkaitan antara vaksin Covid-19 dengan Hepatitis akut, ada baiknya jika kita tidak menelan mentah-mentah kabar yang beredar tanpa menyertakan bukti yang jelas karena dapat menyebabkan kita dan orang di sekitar kita terjerumus dalam hoax.Â
Anjuran penggunaan vaksin oleh pemerintah dan organisasi kesehatan berwenang pun pasti sudah dipikirkan matang-matang keefisienannya, serta dampak baik dan buruknya sebelum dideklarasikan pada masyarakat. Pemerintah dan organisasi kesehatan berwenang saat ini sedang menindaklanjuti kasus Hepatitis akut 'misterius' sebaik dan setanggap mungkin.Â
Kita, sebagai masyarakat juga harus berusaha untuk menghentikan kemunculan penyakit yang belum diketahui penyebab dan belum ditemukan obatnya ini dengan cara rajin mencuci tangan menggunakan sabun atau cairan disinfektan, meminum air bersih dan matang, memakan makanan bersih dan matang, membuang tinja dan barang yang sudah kotor pada tempatnya, gunakan alat makan pribadi, tetap memakai masker, dan menjaga jarak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H