Surili Menjadi Gorila
sebuah pohon besarnya sedang
daunnya layu terkena asap panas
bergelayut pada ranting yang patah-patah
warna agak kecoklatan
seperti Surili *) bocah kecil itu erat mendekap pada batangnya
tubuhnya kering
matanya rapat menutup
tidak sanggup ia memandang pijar peluru berseliweran
suara tembakan terdengar bersahutan di sana-sini
bumi membara menyebar aroma mesiu
semakin keras suara tembakan
semakin kuat ia mendekap batang pohon
sebenarnya ingin menangis tapi tak bisa
hanya lubang hidungnya kembang kempis
dipaksa asap mesiu sehabis menyalak
menyesakkan dada
meriaukan hati
usianya yang masih kanak-kanak
ia tidak bisa lupa emak dan bapaknya
juga saudara-saudara yang lainnya
tapi tiada daya
entah di mana mereka berada
masih hidup atau jasadnya sudah membara
membakar semangat di medan laga
ia belum bisa memahami,
mengapa orang-orang itu
saling kejar-mengejar
saling tembak-menembak
saling bunuh-membunuh
lantas mereka bersorak-sorai dengan bangga
bersama-sama merayakan kemenangan
banyak manusia yang binasa
ketika desingan peluru sudah mulai sepi
bocah kecil itu turun dari persembunyiannya
masih dikerubuti rasa takut yang sangat
ia melongok dari semak-semak
terlihat pematang sawah sudah membentuk garis putus-putus
batang-batang padi gosong terbakar mortar
ilalang terbaring berserakan tak bernyawa
akarnya tercerabut tidak lagi mencengkeram tanah
bagai tikus diasap petani
orang-orang berlari lintang pukang tak tentu arah
ia melihat anak-anak seusianya menangis
kehilangan orang tua
tertatih kebingungan mencari arah pulang
tidak satu pun rumah utuh
semua telah tiarap di permukaan tanah
di bagian lain terlihat orang-orang tidak berupa
menggeliat tidak tentu gerak tubuhnya
kelojotan beberapa saat lantas diam
raganya kaku serupa batu
bocah kecil itu tak kuasa bersuara
sekali pun merintih
mulutnya hanya menganga
hatinya mengharu biru
hingga tiba waktunya
ia menjadi pemuda perkasa
tidak lagi mencari emak dan bapak
yang sudah tiada
karakter telah membaja ditempa alam
menjadi sosok Gorila
tidak gentar berhadapan dengan siapa pun
yang ingin memasuki teritorialnya
merebut tanah tumpah darahnya
tidak takut lagi suara tembakan
tidak gentar melihat tanah muncrat terkena granat
kini ia paham: siapa dijajah dan siapa menjajah
hatinya membara membakar jiwa
tekad bulat ingin segera bergegas
menumpas penjajah lenyap dari bumi pertiwi.
*) Surili (Presbytis comata) adalah spesies primata endemik Jawa Barat yang sering disebut sebagai Monyet Beruban. Termasuk primata yang sudah langka.
Agustus 2023
(*)