Mohon tunggu...
Bd H
Bd H Mohon Tunggu... lainnya -

.................. (silahkam isi sendiri)........

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Mbah Jawer dan Bendungan Jatiluhur

29 Juli 2010   11:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:29 18743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bukan sesuatu yang aneh jika untuk membangun sebuah proyek yang besar, memerlukan dana yang besar dan membutuhkan lahan yang luas pula. Begitupun ketika Bendungan yang mulai di bangun pada tahun 1957 ini. Luas lahan yang dibutuhkan untuk pembangunan Bendungan terbesar pertama di Indonesia ini mencakup 540 km2, sebagai akibatnya puluhan desa dan beberapa kecamatan yang dulunya termasuk dalam wilayah Purwakarta harus di gusur, belum lagi ditambah pula beberapa bukit - bukit di sekitar nya pun harus di ratakan.

Bendungan Jatiluhur mulai di bangun pada tahun 1957 saat era Presiden Soekarno dan di rampungkan pada saat era Presiden Soeharto tahun 1967. DI kerjakan oleh Kontraktor dari Perancis bersama Tenaga-tenaga ahli dan buruh dari Indonesia . Mega proyek ini menelan biaya yang besar apalagi di bangun saat negara masih dalam kesulitan ekonomi. Selain biaya yang besar proyek ini juga konon menurut pengakuan orang-orang yang pernah terlibat langsung dalam pembangunannya,termasuk Ayah saya juga pernah bertugas sebagai petugas kepolisian yang berjaga di Proyek tersebut, bendungan ini menelan korban jiwa yang tidak sedikit dalam proses penggarapannya. Maka tak aneh jika disamping cerita betapa proyek yang luar biasa ini ada juga cerita mistis yang berkembang bersamanya.

Pada awal mulanya bendungan Jatiluhur merupakan satu-satunya bendungan yang ada di jalur sungai Citarum, sebelum dibangun pula waduk Saguling yang beroprasi tahun 1985 dan dilanjutkan waduk Cirata yang beroprasi pada tahun 1988. Bagi masyarakat yang bermukim pada jalur sungai Citarum ini memiliki cerita Mitos yang sudah di turunkan secara turun menurun, termasuk pada saat penulis menghabis kan massa kecilanya di daerah bendungan Jatiluhur ini, yaitu mitos tentang adanya penguasa mistis bendungan Jatiluhur, yang bernama Mbah Jawer.

Dikisahkan pada waktu itu ada sebuah keluarga yang bermukim di daerah aliran sungai Citarum yang tengah menunggu kelahiran anaknya. Setelah menunggu sekian lama akhirnya anak yang di tunggu - tunggu pun lahir juga. Namun tak disangka Putra yang dilahirkan memiliki kejanggalan dari fisik si jabang bayi, yaitu ternyata si jabang bayi memiliki Jawer (Serupa jengger ayam ) di kepalanya. Karena malu jika memiliki anak yang ber- jawer sang ayah pun kebingungan, lalu si ayah pergi menemui orang pintar di daerah itu. Sang ayah bertanya pada orang pintar itu perihal putranya yang memiliki jawer itu. Menurut orang pintar itu bahwa jika si anak di pelihara maka daerah itu akan menjadi kota besar namun jika di buang maka daerah itu akan tergenang air atau tenggelam. Karena tak kuat menanggung malu akhirnya si anak ber-jawer ini di buang oleh sang ayah di sungai Citarum.

Sampai akhirnya Dibangunnya bendungan Jatiluhur yang konon pula saat proses pembangunan sampai setelah bendungan ini berjalan sudah merenggut banyak korban jiwa. Banyak warga yang menghubung-hubungkan jikalau  korban-korban ini adalah hasil perbuatan dari si anak berjawer itu yang sekarang menjadi mitos sebagai penguasa mistis bendungan jatiluhur dengan sebutan Mbah Jawer. Bahkan sampai saat ini orang- orang yang tau akan cerita mitos ini, menyarankan agar orang untuk tidak menyebutkan nama Mbah Jaewr ketika mereka berada di dekat bendungan ini.

Walau sulit dibuktikan kebenaranya namun cerita mitos ini sudah sangat di kenal oleh orang-orang yang pernah tinggal atau pernah mengahbiskan masa kecilnya di daerah dekat bendungan ini termasuk saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun