Mohon tunggu...
dandot alkomsu
dandot alkomsu Mohon Tunggu... wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Antara Pelacur, Kiai dan Politisi

23 September 2010   14:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:01 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh:   Dandot Al komsu

Pelacur adalah predikat bagi kaum hawa yang berprofesi sebagai wanita penghibur,atau biasa disebut pekerja sex komersial ( PSK ).Mereka dikatakan wanita kotor, hina dan dianggap sampah oleh masyarakat.Lain halnya dengan seorang kiai, yang dikategorikan sebagai orang mulia, moralis, alim, arif, dan patut untuk ditauladani.Juga politisi, yang digolongkan sebagai orang terhormat, punya kekuasaan, dan bergelimang harta.Meski tak sedikit pula yang berujung di penjarakarena kasus korupsi, perbuatan asusila dan lain sebagainya.

Lantas, adakah korelasi antara ketiganya, atau setidaknya sedikit persamaan diantara mereka ?.Mungkin banyak orang bilang sangat beda.Karena ketiganyamempunyai peran yang berbeda pula.Pelacur melakukan hal tercela demi uang dan untuk kepentingan pribadi, sedangkan kiai dan politisi melakukan hal baik untuk kepentingan banyak orang.Ibaratnya, pelacur menganut aliran hitam sedang kiai dan politisi aliran putih.

Tapi, benarkah demikian ?. Jika kaitannya dengan politik saya rasa tidak selalu begitu.Seorang pelacur bisa saja melakukan sesuatu yang biasa dilakukan oleh seorang kiai atau politisi.Demikian juga seorang kiai atau politisi bisa saja melakukan perbuatan layaknya seorang pelacur.Seorang pelacur, tidak semua perbuatannya selalu jelek dan salah.Demikian juga dengan kiai dan politisi,yang terkadang juga berbuat diluar predikatnya sebagai orangterhomat dan mulia.Ujung-ujungnya tetap uang juga kan?.

Saatpemilu legislatif yang lalu, seorang teman berhasil menjadi anggotaDPRD dari salah satu partai di suatu daerah.Waktukampanye, calon lain dari hampir semua parpol pada rame-rame sowan ke kiai minta restu sekaligus dukungan.Tapi yang dilakukan teman saya ini amat nyeleneh.Ia malah datang ke komplek lokalisasi PSK, bahkanada beberapa pelacur yang direkrut untuk menjadi tim sukses.Dengan terlebih dahulu mengadakan kesepakatan, termasuk soal bayaran tentunya.

Ingin tahu apa yang dikerjakan para pelacur ini?. Sungguh luar biasa untuk ukuran seorang pelacur.Setiap hari, pagi hingga malam mereka bersilaturahmi tanpa kenal lelah. Busana muslimah selalu melekat di tubuh layaknya seorang ustadah.Tak ada yang tahu profesi mereka sebenarnya, apalagi mereka juga diberi sedikit bekal agama agar lebih mantab dan meyakinkan.Nah, ternyata pelacur bisa juga melakukan sesuatu yang biasa dilakukan oleh kiai dan politisi.

Ketika saya bertanya kenapa lebih suka datang ke pelacur dari pada ke kiai. Katanya, dengan pelacur lebih ada komitmen yang jelas, sedang dengan kiai tidak.“Bagaimana dia bisa bantu dengan sepenuh hati jika yang datang banyak orang?”. Kata teman saya.

Ada satu hal yang menarik menurut saya, yakni dalam kesepakatan yang telah dibuat, pelacur hanya melakukan pekerjaan yang ada hubungannya dengan pileg, tidak lebih dari itu. Singkatnya mereka tidak mau diajak kencan atau ditiduri.Hebat kan..?.Ternyata pelacur juga masih bisa membedakan mana yang baik dan buruk.

Jika demikian, berarti pelacur tersebut menjalani profesinya karena memang terpaksa.Mungkin tidak ada jalan lain untuk mendapatkan uang sehingga harus menjual diri.Tapi ketika sudah menemukan pekerjaan lain dan mendapatkan bayaran,dia tidak mau melacurkan diri.

Lantas bagaimana dengan kiai dan politisi?.Apakah yang mereka lakukan selalu sesuai fungsi dan peran semestinya?.Saya rasa juga tidak selalu demikian. Bukankah seorang kiai dan politisi banyak juga yang kasak-kasuk, kompromi sana kompromi sini, yang tujuannya apalagi kalau bukanuntuk meningkatkan nilai tawar.Ujung-ujungnya uang juga kan?. Kalau semua sudah berorientasi pada uang semata, lalu apa perbedaan diantara mereka?.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun