Makan Bergizi Gratis sebagai program prioritas, Pendidikan Cuma Jadi Program Pendukung?
Oke, kita semua setuju kalau anak-anak Indonesia butuh gizi yang baik. Prabowo-Gibran punya program makan bergizi gratis (MBG) buat ngatasi stunting dan ningkatin kesehatan generasi muda. Bagus? Jelas. Tapi yang bikin agak janggal, kok rasanya pendidikan malah jadi sekadar pendukung?
Makan Sehat Penting, Tapi Masa Depan Lebih dari Sekadar Kenyang.
Nggak ada yang nolak makan sehat. Anak-anak yang cukup gizi pasti lebih fokus belajar, lebih aktif, dan punya energi buat berkembang. Tapi pertanyaannya, kalau gizinya bagus tapi pendidikannya tetap biasa aja, apa bisa bersaing di masa depan?
Sekarang aja, kualitas pendidikan di Indonesia masih banyak PR-nya. Kurikulum yang sering berubah-ubah, kesejahteraan guru yang belum merata, akses pendidikan yang nggak setara, ini semua masalah yang perlu perhatian lebih.
Jangan sampai nanti kita punya generasi yang sehat, tapi nggak cukup skill buat menghadapi dunia kerja yang makin kompetitif. Masa iya, kita cuma mau punya anak-anak yang kuat secara fisik tapi nggak siap bersaing di era digital dan global?
Ketimpangan Prioritas: Kenyang vs Pintar.
Mari lihat realitanya. Makan bergizi gratis katanya bakal dapet anggaran triliunan. Sementara itu, pendidikan kayaknya cuma numpang lewat di prioritas utama. Beberapa hal yang patut jadi perhatian:
1. Nasib Guru
Guru-guru honorer masih banyak yang gajinya di bawah standar. Kalau pendidikan cuma dianggap pelengkap, nasib mereka gimana? Mau sampai kapan mereka harus berjuang tanpa kepastian kesejahteraan?
2. Sekolah yang Belum Layak