Mohon tunggu...
Dandi M S.S.M.
Dandi M S.S.M. Mohon Tunggu... Pembaca

Hi warga Kompasiana, nama saya Dandi Mailana Saputra.,S.M. Full time Business Part time Blogger Kegiatan saya dapat kalian kunjungi di instagram @dandi_m_s

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mahasiswa Rantau: Belajar di Kampung Orang

27 Maret 2023   05:48 Diperbarui: 27 Maret 2023   06:42 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

 Menurut data BPS tahun 2022 jumlah mahasiswa yang ada di Indonesia sebanyak 9,32 juta. Sedangkan kampus atau perguruan tinggi di indonesia berjumlah 3.957 (PTS dan PTN) dan PTN sendiri menyumbang 183 kampus yang tersebar di seluruh indonesia.

Namun sebaran PTN tidak selalu ada di setiap kota di Indonesia. Bahkan sebaran pada setiap provinsi tidak merata. Salah satunya Sulawesi Barat yang pada tahun lalu hanya memiliki 1 perguruan Tinggi negri yaitu Universitas Sulawesi Barat.

Beberapa kota di Indonesia mungkin belum memiliki Perguruan Tinggi (PTN/PTS) yang memiliki Akreditasi Unggul atau bahkan terakreditasi B.

Sehingga hal tersebut mengharuskan Mahasiswa untuk merantau untuk menempuh pendidikan tinggi di luar kota. Beberapa Mahasiswa memilih tujuan menempuh pendidikan di kampus milik negara atau PTN karena biaya pendidikan yang terjangkau sehingga keputusan untuk merantau juga terjadi disini.

Sebagai Contoh terdekat bagi penulis adalah Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang.  Di Kabupaten Tangerang hanya memiliki PTN yaitu STPI Curug, Politeknik Pelayaran Banten, dan Sekolah Tinggi Agama Buddha Negri Sriwijaya. Sedangkan Kota Tangerang tidak memiliki PTN sama sekali.

Memang ini masih lebih baik di banding kota yang tidak memiliki PTN sama sekali, namun jika dilihat dari 2 daerah tersebut yang memiliki penduduk yang banyak dan selain itu juga sebagai kota urban maka tidak cocok apabila 2 daerah ini minim PTN.

Memang STPI Curug dan Politeknik Pelayaran Banten memiliki peminat yang tinggi namun banyak pemuda Tangerang yang memiliki minat pada rumpun ilmu "Umum" atau non Vokasi yang kesulitan untuk menempuh pendidikan tinggi di kotanya sendiri. Mereka setidaknya harus keluar kota seperti ke Tangerang Selatan untuk menempuh pendidikan tinggi di UIN Ciputat atau ke serang untuk menempuh pendidikan tinggi di Untirta atau UIN SMH banten.

Namun terlepas dari itu semua, banyak sekali mahasiswa yang memutuskan untuk merantau atau menempuh pendidikan tinggi di luar kota. Sebagai contoh, Bandung dan Yogyakarta sebagai tujuan melanjutkan pendidikan tinggi karena memiliki banyak kampus unggul yang ada di 2 kota besar tersebut. Beberapa mahasiswa mungkin memutuskan untuk memilih kampus tak hanya reputasi lembaga yang baik, namun juga beberapa kampus terpilih yang memiliki beberapa program studi yang tidak dimiliki lembaga perguruan tinggi lain. Mahasiswa memiliki semangat belajar yang tinggi bahkan rela meninggalkan kota tercintanya untuk menggantungkan mimpi di kampus yang di tuju.

Beberapa mahasiswa mungkin memiliki kesulitan berada di kota orang, mulai dari budaya yang berbeda, kepercayaan dan agama mayoritas yang berbeda, maupun belum siap untuk hidup jauh dari orang tua. Namun mahasiswa lain justru menghadapi kesulitan tersebut dengan biasa saja dan merasa sebagai "Part of studies" mereka. Keberagaman budaya yang ada di Indonesia memang membuat interaksi antar sesama tak terlalu mudah, beberapa dari mereka bahkan hanya bisa berbaur antar sesama anak daerahnya saja.

Namun karena merasa sendirian di kota orang, membuat beberapa mahasiswa menjadi aktif mengikuti banyak kegiatan. Baik kegiatan kampus maupun kegiatan luar kampus yang mendorong perkembangan baik bagi mereka. Yang perlu disadari bagi calon mahasiswa rantau adalah banyak hal positif yang dapat diambil di kota orang begitupun sisi negatif yang mungkin dapat menyerang diri kita sendiri. Ke mandirian mahasiswa dan kemahiran bersosial mahasiswa di uji sebagai mahasiswa rantau. Bagaimana tidak, mereka harus mengelola anggaran rumah tangga mereka. Apabila habis di tengah jalan maka harus siap hidup ngirit di kota orang.

Bahkan dengan akulturasi budaya yang terjadi di lingkungan mahasiswa membuat mereka tidak kualahan ketika masuk pada dunia kerja. Perlu di ingat rekan kerja atau mitra kerja kita nanti bukan saja memiliki perbedaan kota dan budaya, bisa jadi rekan kerja kita justru berasal dari luar negri yang budaya nya berbeda sama sekali. Lulusan perguruan tinggi dianggap sebagai insan intelektual yang kelak akan menghadapi ekonomi global yang mana di butuhkan kecepatan dalam berdaptasi dengan perubahan zaman. Terbukti pada masa Covid lalu, dimana semua pekerja dituntut untuk memanfaatkan dunia digital sebaik mungkin agar dapat bekerja secara efektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun