Kamu sehat?
Detik perdetik arloji berbunyi bak hembusan nafasmu di pangkuan ku malam tadi.
Seperti hilang satu dasawarsa kala tak ada lagi suara kabar di atas ponsel ku.
Ahh sialan!! hari ini aku tak dapat lagi bercumbu dengan rembulan Hanya karna kau menutup diary ku tanpa salam perpisahan.
Di atas bantal mata ini tak kunjung terpejam, aku khawatir kau berlinang air mata sampai tertidur di atas dipan tak berdosa.
Mungkin kau ingat, betapa khawatir saat ku melihat setiap tetesan hujan yang jatuh dari dua bola mata indah mu.
Tapi kamu harus tau, malam tadi aku hampir mati dibunuh pikiran ku sendiri.
Di hadapan regu tembak hanya 1 permintaan ku sebelum di eksekusi.
Serangkai kalimat indah, yang berupa kabar penutup hari ini.
12 orang regu tembak serta 1 peluru tajam di dalam selongsong nya, akan membunuh ku malam ini.
Lonceng sudah berteriak seraya hari berganti muka.
Oh sungguh 12 eksekutor mati ku adalah regu pertanyaan yang tak kau jawab hari lalu.
Bagimu pertanyaan ku adalah pepesan kosong yang tak perlu sahutan.
Bagiku? 12 pertanyaan kemarin sama pentingnya dengan wisudaku 3 hari lagi.
Ku menunggu jawaban mu bahkan sampai akhirnya kamu benar-benar mengabaikan tanya ku di depan temaramnya malam tadi.
Pukul 3 mendatangiku bersama nada pesan yang tersentuh jari indah mu.
"Maaf aku tertidur pulas, lupa menutup hari dengan dua titik satu bintang seperti malam biasanya".
Balasku cepat. "Tak apa lanjutkan mimpi indah mu, sampai benar-benar aku di bawa di malam indah mu"
Sunyi senyap tak berbalas.
Seperti fatamorgana di tengah gurun tandus sahara yang ku rasa.
Senyum tenang, tanda kamu baik-baik saja di sana.
Jika kamu tau seberapa banyak rasa khawatirku, mungkin kamu bisa mulai berhitung setiap ku keluarkan kata "kamu" dalam setiap pesan ku.
Jika diri ini berhak cemburu, maka ia akan cemburu terhadap dirimu.
Manusia yang baru di temui, namun pikiran dan hatinya berpaling dari raga yang menemaninya sejak bertatap dengan dunia.
Oh sungguh curang rasanya, pil pahit menemani setiap ku terjatuh karena overdosis ber-curiga terhadap hari hari mu.
Suara Adzan memanggil, saat nya ku meminta kamu agar tak berpaling dariku sampai akhir nafasku.
Aku tak tahu kapan kamu akan membaca lantunan kata yang rembulan lihat saat aku bertarung dengan fikiran ku malam ini.
Tapi kalau kamu sadar yang ku maksud itu kamu.
Tolong obati tanda tanya ku, setiap harinya.
Jika terlalu berat, tolong sampaikan segera.
Agar ku tidak bertarung selalu dengan rasa dan tanya.
-Dandi M S-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H