Apa itu sejarah?Â
Dalam menjawab pertanyaan ini kita butuh memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai ilmu sejarah atau pun mengenai filsafat sejarah, dikarenakan pertanyaan ini kelihatannya mudah tetapi sangatlah sulit, secara etimologi sejarah diambil dari kata bahasa arab yaitu syajaratun yang artinya pohon, kenapa harus pohon? Karena dalam tradisi Islam pohon senantiasa dipakai untuk membuat nasab atau menuliskan keturunan-keturunan, bisa juga diartikan sebagai pertumbuhan dan perkembangan dimana sejarah akan terus berkembang dan terus berkaitan, tetapi hal tersebut belum cukup untuk mengetahui apa itu sejarah.
Dalam bahasa inggris sejarah berarti history yang artinya cerita. Kata "history" berasal dari bahasa Yunani kuno "historia", yang secara harfiah berarti "penyelidikan" atau "pengetahuan yang diperoleh dari penyelidikan". Istilah ini kemudian diadopsi ke dalam bahasa Latin sebagai "historia", yang memiliki arti yang sama. Secara etimologis, istilah "history" kemudian digunakan dalam bahasa Inggris dan bahasa-bahasa lainnya untuk merujuk pada studi tentang masa lalu.
Seiring waktu, makna "history" berkembang untuk mencakup tidak hanya penyelidikan atau pengetahuan tentang masa lalu, tetapi juga interpretasi dan narasi tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu. Jadi, istilah "history" digunakan untuk merujuk pada studi dan catatan sistematis tentang peristiwa, tokoh, dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan manusia dari masa lampau.
Apa itu sejarah? Pertanyaan ini jangan sampai disepelekan dan jangan berpendapat pertanyaan semacam ini seperti berlebihan, harus kita sadari bahwa ketika kita mendengar pertanyaan semacam ini otak kita akan berpikir keras apa itu sejarah, apa sejarah adalah masalalu atau sejarah hanya sebuah kejadian yang sudah lampu, apa sejarah merupakan peperangan, apa sejarah itu adalah cerita-cerita masa lalu? Kalau dalam pikiran kita yang munculnya hanyalah kata seperti itu maka betapa sempit nya pemikiran kita terhadap sejarah.
Sejarah tidak akan lepas dari sejarawan dan sejarawan tidak akan  lepas dari yang namanya fakta, maka ketika ingin memahami apa itu sejarah anda harus memahami dulu siapa itu sejarawan, apa peran dari sejarawan dan yang kedua adalah fakta, orang senantiasa tidak paham dengan fakta, fakta bukan sekedar peninggalan kuno ataupun sebuah dokumen yang sudah lama, fakta lebih jauh dari  itu. Harus kita sadari bahwa tidak semua masa lalu itu menjadi fakta sejarah, dimana ada seseorang yang jauh dari kehidupan politik atau jauh dari istana kerajaan maka tidak akan tertulis dalam sebuah fakta, berarti ini menandakan bahwa fakta sejarah bukanlah sebuah dokumen, tetapi fakta adalah sebuah peristiwa itu sendiri, dimana tidak tercampur oleh tangan dan pikiran sejarwan.
Terus Apa itu fakta sejarah? Ini adalah pertanyaan krusial di mana kita harus melihatnya sedikit lebih dekat. Menurut pandangan umum, terdapat fakta-fakta dasar tertentu yang sama bagi semua sejarawan dan, boleh dikatakan, membentuk tulang punggung sejarah-misalnya fakta bahwa Pertempuran Hastings terjadi pada 1066. Akan tetapi, pandangan ini menyerukan adanya dua observasi. Pertama, bukan fakta-fakta seperti ini yang menjadi perhatian utama sejarawan. Tanpa perlu diragukan lagi, cukup penting untuk mengetahui bahwa pertempuran hebat ini terjadi pada 1066 dan bukan pada 1065 atau 1067, juga bahwa pertempuran tersebut terjadi di Hastings dan bukan di Eastbourne atau Brighton. Sejarawan tidak boleh salah dalam hal ini. Namun, ketika poin-poin semacam ini dimunculkan, saya teringat akan komentar A.E. Housman bahwa "akurasi adalah kewajiban, bukannya kebajikan.
Observasi kedua adalah bahwa kebutuhan untuk menetapkan fakta-fakta dasar ini tidak berdasarkan pada kualitas apa pun dalam fakta-fakta itu, tetapi pada keputusan apriori sejarawan. Terlepas dari adanya motto C.P. Scott, setiap jurnalis masa kini mengetahui bahwa cara paling efektif untuk memengaruhi opini adalah melalui pemilihan dan penyusunan fakta-fakta yang tepat. Oleh karena itu Dahulu dikatakan bahwa fakta-fakta berbicara untuk dirinya sendiri.
 Tentu saja hal tersebut tidak benar. Fakta-fakta hanya berbicara ketika sejarawan memanggilnya; adalah sejarawan yang memutuskan fakta-fakta mana yang akan ditampilkan, dan dalam urutan atau konteks seperti apa. Menurut saya, situasi ini sama seperti yang dikatakan oleh salah satu karakter Luigi Pirandello bahwa "seperti sebuah karung, fakta tidak akan berdiri tegak hingga Anda memasukkan sesuatu ke dalamnya. Satu-satunya alasan mengapa kita tertarik untuk mengetahui pertempuran yang terjadi di Hastings pada 1066 adalah karena para sejarawan menganggapnya sebagai peristiwa bersejarah yang penting.Â
Sejarawan adalah orang yang memutuskan dengan alasannya sendiri bahwa penyeberangan sungai kecil bernama Rubicon yang dilakukan Julius Caesar adalah sebuah fakta sejarah, sementara penyeberangan di Rubicon yang dilakukan oleh jutaan orang lainnya sebelum atau sesudah peristiwa tersebut tidak menarik perhatian siapapun. Jadi sejarah itu apa? Sejarah adalah merupakan proses interaksi kontinu antara sejarawan dengan fakta-faktanya, dialog tanpa akhir antara masa kini dengan masa lalu.Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H