Sudah ku kata dua musim tiada rasa, bukan telahku bagi contoh dua belas musim yang berlalu dengan begitu saja.
Lalu apa?
Kini kau ternganga tiada jelas, bagai kembang yang tercabut akarnya.
Tiada guna mengejar pula menangis, yang hanya menampakkan lemahmu itu.
Beda cerita ketika kau dapat oasis di depan sana, kemudian kau bersimbah penuh ungu dan merah. Baru, 180 kokoh kau dapat sementara.
Karena terkecuali kau hanya nama dan sejarah, tak akan kau dapat simpati yang lebih pantas.
Sumbawa, Mei 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H