Masyarakat dihimbau agar mencheck terlebih dahulu sebelum membasmi semut misalnya dengan obat semprot, karena kalau mereka mematikan semut yang salah, bisa jadi efeknya negatif dan berakibat fatal yaitu berkurangnya musuh alami yang bisa berakibat mempermudah atau membantu berkembangbiaknya hiari ini.Â
Cara-cara antisipasi juga diberikan, diantaranya anjuran untuk menggunakan sarung tangan dan sepatu (boot) yang bisa menutupi kaki bila sedang bekerja di lingkungan yang banyak semak dan rumput atau tempat-tempat yang dicurigai menjadi habitat hiari. Masyarakat juga dihimbau agar melaporkan bila menemui hiari yang ciri-cirinya banyak ditayangkan di media massa.
Usaha pemerintah Jepang saat ini untuk menghambat penyebaran hiari yang semakin digalakkan disebabkan karena keyakinan pemerintah, bahwa pencegahan adalah cara yang terampuh dan termurah sekarang. Karena berdasarkan temuan sampai saat ini, hiari ini baru ditemukan dalam tahap awal, belum ditemukan koloni dalam jumlah yang besar lengkap dan menetap dengan ratu hiari yang merupakan sumber berkembangbiaknya semut di koloni tersebut.
Namun ada juga hal yang menarik terjadi sehubungan dengan kehebohan hiariini. Industri yang bergerak di bidang obat-obatan terutama yang mempunyai produk untuk penanggulangan hama atau serangga, tercatat harga sahamnya naik. Misalnya saham dari perusahaan Fumakilla dan Earth Chemical.
Di balik semua kehebohan tersebut, saya menilai usaha yang gigih dari pemerintah Jepang dalam hal pencegahan penyebaran hiari ini, adalah wujud dari kekhawatiran Pemerintah Jepang akan kemungkinan dampak yang bisa diakibatkan dalam kaitannya dengan ekosistem, selain juga pemikiran terhadap efek atau dampaknya terhadap manusia dan juga terhadap ekonomi.Â
Karena alam, dengan keragaman flora serta fauna dengan ekosistem yang terjaga dengan baik merupakan warisan yang paling berharga yang bisa dan wajib diturunkan ke generasimasa depan.
Sumber : Nikkei Shinbun, JIUSSI, Houdoukyou, Ironna
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H