Mohon tunggu...
Amakusa Shiro
Amakusa Shiro Mohon Tunggu... Engineer -

A masterless Samurai

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Festival Gelap-gelapan di Jepang

4 Juli 2017   20:25 Diperbarui: 5 Juli 2017   17:13 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ebara Jinja di daerah Shinagawa (dok.pribadi)

Mungkin pembaca banyak yang penasaran dengan judulnya, karena saya yakin banyak yang suka kalau ada yang pakai judul "gelap-gelap" :)

Tapi, maaf sekali kalau judulnya sudah membuat pembaca kecewa, karena yang saya akan ceritakan di sini bukanlah tentang gelap-gelap yang "syur", tetapi tentang suatu festival yang bersejarah yang sudah ada lebih dari 1000 tahun lalu.

Lalu, kenapa nama festivalnya Kurayami yang kalau di Bahasa Indonesia-kan menjadi gelap-gelapan? Sebab Festival yang diadakan di Ookunitama Jinja (Ookunitama Shrine) ini pada mulanya dilakukan tanpa penerangan sama sekali. Jadi nggak salah kalau saya tulis gelap kan?

Kok bisa? Apa segitu miskinnya kehidupan masyarakat di Jepang zaman dulu, jadi beli dan pakai obor pun nggak sanggup?

Begini lho ceritanya.

Kuil utama Ookunitama Jinja (dok.pribadi)
Kuil utama Ookunitama Jinja (dok.pribadi)
Festival ini berkaitan dengan hal-hal yang sakral yang dilakukan di kuil ini dan dulunya memang bukan untuk tontonan umum. Hanya pemuka agama dan orang-orang tertentu saja yang diizinkan ikut. Jadi ya acaranya diadakan gelap-gelapan tanpa lampu waktu malam. Supaya nggak ada yang kepo lalu kepengen intip kali ya.

Tapi, seiring dengan berjalannya waktu,festival ini ternyata menarik perhatian. Walaupun gelap-gelapan tapi banyak juga orang yang nekat berdatangan untuk menonton. Nah kalau banyak yang pengen nonton, ya tentu panitia nggak tega kan kalau tetep gelap-gelapan juga pas malem. Jadi, lama kelamaan mereka pakai lampu juga selama festival setelah hari hari jadi gelap (matahari sudah terbenam). Supaya semua bisa lihat dan happy. Terus biar yang udah dateng dari jauh-jauh juga nggak kuciwa kan karena udah keluar ongkos.

Salah satu prosesi festival (dok.pribadi)
Salah satu prosesi festival (dok.pribadi)
Festival ini jangka waktu pelaksanaannya cukup panjang karena memakan waktu seminggu. Dimulai dari tanggal 30 April sampai puncaknya tanggal 5 Mei setiap tahun.

Hari pertama festival yaitu tanggal 30 April, para pemuka agama yang akan menyelenggarakan festival ini melakukan acara penyucian diri dengan air laut yang diambil dekat Ebara Jinja di daerah Shinagawa. Sekadar catatan, jarak dari Ookunitama Jinja ke Ebara Jinja kurang lebih 30 Km. Trus, kenapa kalau cuma untuk penyucian aja harus jauh-jauh sampai ngambil di tempat yang jaraknya 30 Km? Apa nggak berat di ongkos?

Ebara Jinja di daerah Shinagawa (dok.pribadi)
Ebara Jinja di daerah Shinagawa (dok.pribadi)
Ceritanya, dulu di zaman Heian, ada bapak-anak bernama Minamotono Yoriyoshi dan Minamotono Yoshiie. Sebelum melakukan penyerangan ke daerah yang berontak di Oushu (daerah sekitar Iwate, Akita dan Aomori sekarang), mereka pergi ke kuil Ebara dan Ookunitama untuk memohon keselamatan dan kemenangan untuk merebut dan menguasai daerah yang berontak itu. Nah sebelum pergi ke sana, mereka berdua ke kuil itu untuk melalukan penyucian diri dengan air laut di Shinagawa. Jadi peristiwa (ritual) ini dilanjutkan terus sampai sekarang.

Setelah itu, di tanggal 1 Mei diadakan upacara (selamatan) di Kuil Ookunitama yang memohon agar seluruh kegiatan festival selama beberapa hari ke depan bisa berjalan lancar tanpa halangan dan supaya cuacanya baik (nggak turun hujan).

Pengunjung yang lalu-lalang di depan gerbang kuil (dok.pribadi)
Pengunjung yang lalu-lalang di depan gerbang kuil (dok.pribadi)
Kemudian di hari berikutnya tanggal 2 Mei, ada upacara pembersihan kaca yang akan ditempel di dashi (gerobak festival) dengan garam. Jumlahnya ada 8 kaca. Kenapa kaca dibersihkan? Karena menurut kepercayaan, selain bisa memantulkan badan, kaca juga bisa memantulkan apa yang ada di dalam hati kita. Ya namanya hati manusia, kadang-kadang bisa kotor juga. Jadi kaca harus dibersihkan supaya hati bersih dan bersihnya hati diharapkan bisa mengikuti festival dengan lancar.
Dashi yang sedang diarak (dok.pribadi)
Dashi yang sedang diarak (dok.pribadi)
Di hari keempat tanggal 3 Mei, ada acara arak-arakan dashi sebanyak 8 buah dan pengecekan kuda dengan cara memacu kuda 3 kali pulang pergi dengan jarak pacu lurus sejauh 150 m di depan kuil (acaranya bernama komakurabeshiki). Di hari ini jalan di depan kuil akan dipadati orang karena selain acara ini hanya dilakukan setahun sekali, tentu menarik juga untuk dilewatkan karena jarang bisa lihat kuda dipacu supaya berlari kencang di jalan yang ber-aspal mulus.

Tanggal 4 Mei acara arak-arakannya lebih meriah. Selain perarakan dashi 8 buah yang juga dilakukan di hari sebelumnya, ada acara arak-arakan mikoshi (kuil portabel) yang digotong oleh anak-anak. Ada juga arak-arakan gendang besar sambil ditabuh. Di dalam lingkungan kuil juga diadakan acara penyucian mikoshi yang akan diarak pada hari berikutnya.

Gendang Besar yang ditabuh di festival (dok.pribadi)
Gendang Besar yang ditabuh di festival (dok.pribadi)
Acara puncaknya adalah pada tanggal 5 Mei, di mana mikoshi dibawa ke berarakan keluar sekeliling Kuil dan terakhir disimpan di tempat yang bernama otabisho. Aba-aba pengusungan diawali dengan tembakan kembang api, lalu diikuti dengan 6 gendang besar yang ditabuh secara bersamaan. Ada 8 buah omikoshi yang diarak, diiringi dengan suara teriakan "Eisa, hoisa!" yang menggema dari peserta arak-arakan di sekitar kuil. Acara ini dinamakan oide. 

Sepanjang hari ini, dashi yang diparkir di sepanjang jalan menuju kuil juga dimeriahkan oleh fuchubayashi, yaitu biasanya anak-anak kecil yang bertopeng dan menari dengan jenaka. Di sekitar kuil juga dipenuhi orang yang berjualan dengan tenda-tenda. Yang dijual pun bermacam-macam. Ada yang berjualan makanan seperti takoyaki (adonan tepung bundar berisi gurita makanan khas daerah oosaka), yakisoba (mi goreng), jagung bakar, kentang rebus berlapis mentega, dan lain-lain.

Ada juga yang menjual minuman, dan mainan, khususnya mainan untuk anak-anak seperti gasing, balon, topeng-topengan dan lainnya. Ada juga beberapa kursi yang disediakan, jadi kita bisa duduk sambil makan atau minum. Hanya, jumlah kursi yang tersedia amat terbatas. Tapi jangan khawatir karena kita bisa makan sambil jalan kok, karena orang Jepang juga biasa makan sambil jalan kalau ada acara festival. Cuma harus hati-hati biar nggak nabrak orang.

Fuchuubayashi (dok.pribadi)
Fuchuubayashi (dok.pribadi)
Lalu di hari terakhir, mikoshi akan dikembalikan dari Otabisho ke kuil dan menyimpannya, disertai doa syukur bahwa festival sudah berjalan dengan lancar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun