Mohon tunggu...
Jonet Danarto
Jonet Danarto Mohon Tunggu... lainnya -

Progressive revolutioner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tumbal Mudik Terus Bertambah, Siapa yang Salah?

20 Agustus 2012   17:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:30 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tradisi Mudik Lebaran menjadi kebiasaan masyarakat di Indonesia dan ini sesuatu yang khas di Republik ini. Setiap tahun menjelang hari raya Idul Fitri mobilitas masyarakat meningkat lebih dari 200% bahkan lebih. Banyak masyarakat perkotaan yang ingin melewatkan momen lebaran ini di kampung halaman masing-masing. Tidak jarang dan realitanya masyarakat menempuh berbagai cara agar bisa pulang ke kampung halaman (baca : mudik). Ada yang jauh hari sudah memesan tiket KA atau angkutan yang lain. Antusias masyarakat terhadap tradisi mudik sungguh sangat tinggi  sehingga tidak mengherankan tiket KA sebelum H-7 sudah ludes. Beberapa sponsor dan pemerintah daerah tidak ketinggalan mengadakan kegiatan mudik gratis.

Bagi masyarakat menengah atas yang mempunyai kendaraan pribadi (baca:mobil) kemungkinan besar mereka akan menggunakan mobil sekaligus untuk menunjukkan “keberhasilannya” di perantauan. Tetapi bagi masyarakat menengah kebawah yang tidak mendapat tiket dan mungkin juga secara ekonomi kurang mampu ada yang nekat mudik menggunakan motor, sungguh ini suatu pilihan yang tidak tepat, berbahaya  dan jelas tidak disarankan. Bisa dibayangkan mereka pasti akan menempuh perjalanan lebih dari 200 km, secara fisik jelas melelahkan apalagi dibarengi dengan kesemrawutan dan padatnya jalan karena memang banyak yang mudik.

Tidak dapat dipungkiri setiap tahun ratusan nyawa melayang sia-sia untuk sebuah tradisi mudik. Berdasarkan data Korlantas Polri per 17 Agustus 2012 (H-2), angka korban jiwa yang meninggal sudah mencapai 398 orang. Bahkan sampai hari H kemarin dalam siaran di salah satu TV swasta sudah lebih dari 2.000 kasus kecelakaan terjadi dengan 460 orang di antaranya meninggal dan lebih dari 500 orng luka berat. Berbagai faktor mulai dari teknis kendaraan, pengendara yang ugal-ugalan, kelelahan pengemudi dan faktor prasarana jalan ditengarai sebagai pemicu kecelakaan mudik yang dari tahun ke tahun terus meningkat.

Sebenarnya jika kita cermati bersama, mudik adalah kegiatan rutin tiap tahun, maka sudah seharusnya pemerintah menciptakan suatu sistim yang bisa meminimalkan kecelakaan. Misalnya menambah jalur-jalur alternatif baik secara kualitas maupun kuantitas, menyiapkan moda transportasi yang lebih banyak, aman dan nyaman. Bila perlu jalur KA dobel track sepanjang pulau jawa, sehingga menampung lebih banyak kereta dan penumpang, toh itu semua juga demi keselamatan rakyatnya. Tetapi yang terjadi sampai H-7 masih terdengar banyak ruas jalan yang masih belum selesai diperbaiki. Jujur saja daripada anggaran ratusan milyar untuk proyek Hambalang saya lebih setuju digunakan untuk pembuatan jalan baru, selain untuk memperlancar mudik lebaran juga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat secara keseluruhan.

Saya berpendapat andai saja pemerintah menyediakan angkutan massal yang aman, nyaman dan murah didukung ketersediaan jalan dan prasarana jalan yang memadai, pasti banyak masyarakat yang akan beralih untuk tidak memakai kendaraan pribadi selama mudik lebaran. Toh selama ini mereka juga sudah capek dihadapkan pada kemacetan selama perjalanan. Di satu pihak pemerintah juga bisa menghemat konsumsi BBM dan menekan tingkat kecelakaan mudik. DI pihak lain kredibilitas rakyat terhadap pemerintah akan meningkat. Semoga di masa-masa mendatang sebagai rakyat kecil saya cuma bisa berharap angka kecelakaan mudik terus berkurang seiring kepedulian pemerintah terhadap tradisi Mudik Lebaran.

Selamat Hari Raya Idul Fitri. Salam

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun