Mohon tunggu...
Jonet Danarto
Jonet Danarto Mohon Tunggu... lainnya -

Progressive revolutioner

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tuhan yang Walau, tetapikan Hati Kami yang Terlampau Kalau

23 Agustus 2012   08:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:25 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Malam kian larut, matakupun tak jua bisa terkatup......

Masih terbayang jelas bagaimana gadis kecil itu jatuh dan tertabrak ...

Ya, seorang gadis kecil dengan baju lusuh dan tas kecil di tangannya yang sering meminta siapapun yang berhenti di perempatan lampu bangjo, dengan nyanyiannya yang itu-itu saja...

Tiap kali aku lewat jalan itu kadang dia duduk melamun... entah apa yang dia pikirkan  aku tak pernah peduli, saat kutatap wajahnya yang ada senyum polos berharap receh yang mungkin kulempar... meski aku jarang sekali melakukannya,

Dalam hati aku berkata, “dik, kalau nanti aku jadi orang berduit akan lebih banyak receh yang pasti kuberi “ atau “dik, kalau besuk aku nembus tiga angka yang sepuluh persen buat kamu, tapi hari ini aku absen dulu”

Tadi siang aku lewat jalan itu lagi, seperti biasa tanpa rasa takut dia mendekatiku dengan tangan menengadah, seperti biasa pula aku menggelengkan kepala seperti kulihat kebanyakan pengendara yang lain....

Tapi.... aku tidak tahu persis tiba-tiba dia tertabrak pengendara lain di belakangku, terlihat jelas lewat spion, aku hanya bisa berkata “Ya, Tuhanku dan Allahku” seiring lampu hijau yang membawaku pergi menjauh....  Mungkin sudah nasibmu dik...... begitu pikirku.

Malam ini dalam uraian air mata aku amat sangat menyesal, andai saja tadi aku beri dia receh mungkin dia tidak perlu berlari-lari ke belakang dan tertabrak.... padahal dalam hati kecilku sebenarnya ada bisikan lembut : “Danar berilah dia receh yang kau punya, kelihatannya dia belum makan dari pagi, toh kamu masih punya beberapa keping”.

Dalam hatiku muncul suara yang lain pula : Kalau saja nyanyinya bagus atau kalau aku dah benar jadi orang yang berduit, atau kalau aku nembus tiga angka pasti aku akan beri dia keping yang lebih banyak,”. Bisikan lembut itu membalas Tetapi....tetapi.... tetapi... lihatlah dia tampak begitu lemah seperti belum makan”.

Aku bergeming, nggak  ada tapi-tapian guammku. Bisikan yang sepertinya tadi lembut berubah tegas : “Kamu harus ingat walau Tuhan tahu kamu sering bermain dengan nota-nota kosong di bengkelmu, walau Tuhan tahu kamu sering mengakali majikanmu, kamu masih beruntung daripada gadis kecil ini, tolonglah beri dia receh ”. Tetap saja aku bergeming toh pengendara yang lain banyak yang nggak peduli....

Tuhan, malam ini aku ingin sekali meminta maaf dan aku berdoa mohon gadis kecil itu segera Kau beri kesembuhan, namun segalanya sudah terlambat,.... karena aku tahu gadis itu telah pergi untuk selamanya.....

Tuhan yang walau, tetapikan hati kami yang terlampau kalau....

Surakarta, Medio 2009

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun