Ada pasangan muda yang baru saja pindah ke kompleks perumahan Budhe Sri. Dan tetangga baru ini menjadi pelanggan baru di Warung Budhe Sri. Sang istri, sebut saja namanya Santi sering sekali main kerumah Budhe Sri jika suaminya sedang dinas ke luar kota. Maklum, karena pasangan muda ini belum punya momongan. Sudah 3 tahun menikah tapi mereka juga belum dikaruniai seorang anak. Berbagai usaha sudah dilakukan, konsultasi ke dokter, mengikuti program kesuburan, pijat tradisional, minum ramuan tradisional, dan lain-lain.
“Apa saya perlu mengadopsi anak Budhe Sri?” tanya Mbak Santi disuatu sore.
Budhe Sri memandang Mbak Santi tajam, lalu tersenyum sambil berkata,
“Kalau Mbak Santi sudah siap mental lahir batin untuk menjadi seorang ibu, sah-sah saja jika mau mengadopsi anak. Pahalanya besar Mbak, ngasuh anak yatim piatu.”
“Saya sudah merasa siap lahir batin Budhe, tapi saya sedikit ragu ketika saya akan membesarkan dan mendidik seorang anak yang bukan anak kandung saya. Ada sedikit kebimbangan Budhe.” terang Mbak Santi.
“Saya percaya Mbak Santi sudah siap menjadi seorang ibu. Terlihat dengan kesungguhan Mbak Santi untuk tidak lagi bekerja setelah menikah, dan ingin menjadi seorang ibu rumah tangga yang mengurus keluarga saja.” Puji Budhe Sri seraya tersenyum.
“Apa yang membuat Mbak Santi bimbang?” tanya Budhe Sri kemudian.
“Saya takut tidak 100%ikhlas lahir batin dalam membesarkan dan mendidik anak adopsi saya nantinya.” Jawab Mbak Santi singkat.
“Manusiawi Mbak, tapi saya yakin kalau niat baik hasilnya juga akan baik. Jika keluarga besar sudah menyetujui dan mendukung maka berdoalah, dan minta petunjuk dengan Tuhan. Lalu putuskanlah. Ayolah, tetap semngat ya?”
Mbak Santi pun tersenyum kecil mendengar nasehat Budhe Sri.
Seperti pencinta tanaman, ketika seorang pencinta tersebut memutuskan untuk membeli tanaman, ia akan dengan segenap hati merawat tanaman itu, dengan menyirami, memberi pupuk dan mencabuti rumput liar disekitarnya. Si pencinta ini juga tidak akan membedakan perawatan antara tanaman yang dari dulu sudah ada dihalamannya dengan tanaman yang ia beli dari orang lain. Dan ketika tanaman itu berbunga ataupun berbuah, si pencinta ini akan senang sekali, dan dia tidak akan ingat lagi apakah tanaman itu ia beli dari orang lain atau tidak, karena hatinya telah dipenuhi kebahagiaan dan kebanggaan atas tanaman tersebut.
Bukan bermaksud menyamakan anak dengan tanaman, tapi segala sesuatu yang kita lakukan dengan ikhlas, senang hati dan sungguh-sungguh, niscaya akan berbuah kebahagiaan. Terlepas dari anak kandung maupun anak adopsi, bukankah semuanya adalah hak guna pakai. Hak guna pakai untuk menyayangi, membesarkan dan mendidik. Bukan hak milik kita seutuhnya, karena semuanya akan kembali kepada Tuhan, yang Maha Memiliki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H