Mohon tunggu...
Danar Purwita
Danar Purwita Mohon Tunggu... -

Seorang Wanita, Istri, Ibu dan Manusia Biasa.\r\n\r\n"I might not be pretty enough, but it's not my fault. \r\nIt’s the way I am, the way I was, and the way I will always be."\r\n

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bergelut dengan Peluh

4 Maret 2011   13:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:04 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

“Maaf Bu, maukah ibu membeli pisang saya ini? Baru saja saya petik dari kebun Bu.”Seorang nenek yang sudah tua mendatangi Warung Budhe Sri menawarkan dagangannya. Dia hanya menjual buah pisang, tidak banyak juga, karena dia cuma membawa 4 sisir pisang.

“Wah, anak saya sedang pergi, dan saya 2 hari kedepan saya dirumah sendirian Mbah. Nanti malah tidak ada yang makan. Lain waktu aja ya Mbah…” tolak Budhe Sri halus.

“Tapi ini hanya 4 sisir kok Bu. Dibeli sekalian semuanya, buat nambah-nambah uang saku jajan cucu saya Bu.” Rayu si mbah tadi dengan sedikit melas.

Budhe Sri pun tak tega melihatnya, “Ya sudah, saya beli, tapi 2 sisir saja ya Mbah.”

Mbah-mbah tua tadi pun mengangguk-angguk senang sekali seraya tersenyum.

Dan di lain waktu, Budhe Sri habis jalan-jalan dari supermarket, ketika hendak pulang ternyata diluar hujan deras, dan Budhe Sri pun berdiri di depan supermarket untuk sekedar menunggu hujan reda.

Dan ditempat Budhe berdiri ternyata ada seorang kakek-kakek penjual kacang rebus yang memang mangkal di depan supermarket itu. Kasihan kakek itu, dia sudah seperti terkantuk -kantuk dan lelah sekali, maklum saja saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Sepertinya kakek itu sudah berjualan sejak siang tadi. Budhe Sri pun beranjak mendekati si kakek penjual kacang rebus itu.

“Saya beli 5000 pak, kacang rebusnya.” Ucap Budhe Sri dengan tersenyum.

Kadang dalam kehidupan ini kita perlu membelanjakan uang kita untuk sekedar membantu memberi nafkah orang yang benar-benar membutuhkannya. Tanpa kita sadari di kehidupan sehari-hari, kita sering membelanjakan uang dengan percuma, menghamburkan uang untuk membeli barang-barang yang kadang tidak sangat kita butuhkan. Padahal orang-orang seperti nenek-nenek dan kakek-kakek tadi, akan sangat senang sekali jika dagangan-nya ada yang membeli. Mungkin untungnya tidak seberapa, tapi bagi mereka untung yang tidak seberapa tadi bisa untuk menyambung hidup keluarga mereka.

Mulai sekarang, lihatlah dan hargailah orang-orang tua renta yang masih ‘bergelut dengan peluh’ hanya untuk sekedar mencari sesuap nasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun