Iring-iringan pelayan mengenakan beskap hikmat menyajikan beragam jenis masakan nusantara . Aroma kelezatan rempah menyeruak menggoda indra pengecap penggugah selera. Puluhan varian lauk dan sayur disajikan dalam satu waktu mengadopsi tata cara perjamuan ala Eropa.
Pada abad ke-19 Rijsttafel menjadi tren  di kalangan penguasa dan orang kaya Belanda di Indonesia. Sebentuk cara untuk menikmati makanan nusantara sekaligus memamerkan kekayaan dan kemamkuran koloninya yang kaya rempah. Rijsttafel merupakan akronim dua kata rijst dan tafel. Secara etimologi ijst berasal dari bahasa Perancis kuno ris yang artinya beras atau nasi. Sedangkan tafel dalam bahasa Belanda artinya meja. Jika keduanya digabungkan maka bermakna nasi beserta sayur dan pauk yang disajikan dalam satu meja.
rijsstafel bentuk status sosial dan gaya hidup (sumber http://id.wikipedia.org)
Dalam jamuan barat , sup kerap dijadikan makanan pembuka (appertizer). Kali ini soto mengawali perjamuan, variannya pun beragam dari kuah bening hingga yang bersantan. Pendar aroma lengkuas, salam, serai dan jeruk nipis bersatu dalam limpahan kuah kaya isi, ada suwiran daging atau potongan jerohan. Tak lupa perkedel kentang disematkan menyempurnakan tekstur dan rasa bersama serpihan pedas merica. Kemeriahan menu hadir dalam sajian utama (maincourse) yang konon bisa mencapai 60 masakan , mewakili 300 etnis dan kelompok bahasa daerah di nusantara. Sate, tempe dan serundeng merupakan favorit  sang mijnheer - tuan dalam bahasa Belanda -. Meski  rendang dan gulai kari terasa ekstrim di lidah orang Eropa, kuliner yang berasal bumi Andalas tak kehilangan penggemarnya di rijsttafel. Rasa padat rempah mengingatkan pertemuan pertama  bangsa Eropa dengan pedagang Arab dan India di Pelabuhan Malinda (Afrika Timur). Jalur perdagangan baru  yang ditemukan oleh Vasco da Gama (1948) semakin membuat Portugis penasaran ingin menjelajah Malaka dan Maluku. Malaka dikenal sebagai pusat perdagangan yang ramai sedangkan Maluku  daerah sumber rempah-rempah terbaik.
versi asli rijsttafel terdiri 60 ragam kuliner (sumber http://www.garoeda)
Beragam jenis nasi turut hadir sebagai sumber karbohidrat maincourse (garniture). Nasi putih yang paling pas dalam sajian rijsttafel , namun terkadang tumpeng kecil nasi kuning menghadirkan warna lain. Gurih santan dan aroma kunyit terasa begitu spesial di lidah. Begitu juga dengan nasi goreng, nasi putih yang ditumis dengan aneka rempah tetap digemari orang Belanda hingga saat ini . Sajian Indonesia hibrida seperti masakan Tionghoa seolah tak ingin ketinggalan. Jika di negara asalnya lumpia dan bakmi didominasi rasa bawang putih dan jahe. Setelah sampai di nusantara, rasanya lebih "panas" oleh cabai dan merica. Dalam kesempatan lain, bakmi bermetamorfosis dalam alkuturasi budaya menjadi mie jawa atau mie godok.
pecal - salad asli Indonesia - menu wajib rijsttafel
Salad sayuran ala Indonesia berlumur saus kacang berbumbu cabai, kencur, daun jeruk dan asam kandis  populer dengan nama gado-gado. Jika sayurannya direbus maka namanya berubah menjadi pecal atau pical di Sumatra Barat. Serpihan kerupuk aci merah khas Indonesia merupakan pelengkap yang paling pas. Ada juga sayur mayur tenggelam dalam parutan kelapa berbumbu kunyit, cabai, bawang dan kunyit. Modifikasi lalapan mentah aneka sayur ini disebut dengan urap. Rasa pedasnya dominan tapi tak sekuat sambal, pasta cabai khas Indonesia. Pada masa kejayaan Hindia Belanda, rijsttafel paling bergengsi berlangsung tiap minggu siang di Hotel des Indes , Batavia dan Hotel Savoy Homann , Bandung. Pada awalnya hanya pelayan laki-laki alias jonges - pemicu kata jongos - ditugaskan membawa dan menyajikan hidangan. Namun pada perkembangannya pelayan perempuan berkebaya hadir membuat jamuan rijstafel terasa lebih luwes dan menawan. Jamuan ditutup dengan minum kopi atau teh bersama. Namun bagi anak-anak dan wanita dessert favorit adalah es putar. Bersama limpahan buah potong, es disajikan dengan hamburan serbuk kayu manis atau jahe. Rasa hangat rempah menyeruak di antara dinginnya es dan segarnya buah.