emak-emak backpacker mempertemukan saya dengan Herlina, wanita paruh baya penghobi traveling. Ia selalu mendatangi panti asuhan di setiap kota yang kami singgahi lebih dari dua hari. Pagi-pagi, ia blusukan ke panti asuhan terdekat hotel, lalu keesokan paginya belanja kebutuhan panti.
Perjalanan bersama
Saat di Labuan Bajo, ia menyambangi panti asuhan yang baru terkena musibah kebakaran. Keesokan paginya, ia memesan banyak kasur, bantal dan guling.
"Apakah ibu selalu seperti ini", tanya saya.
"Ya maunya gitu."
"Wah uang ibu banyak selalu bisa berbagi", canda saya.
"Nggak Danan. Ini titipan. Biasanya setelah tahu kebutuhan panti, aku wa di-grup. Bersyukur banyak yang tergerak hatinya."
Dari beliau saya tahu bahwa berbuat baik tidak harus memberikan materi. Tapi meluangkan waktu dan perhatian kepada orang yang membutuhkan. Di sela kesibukan sebagai notaris, satu hari dalam seminggu Bu Herlina meluangkan waktu untuk menjadi volunter panti asuhan.
"Saya mau kaya ibu, tapi nggak punya waktu."
"Waktu kan yang atur kita, bukan  kita diatur waktu."
"Egoku  masih  tinggi, pilih jalan-jalan daripada  jadi relawan."
"Kamu kan hobi nulis, itu bisa jadi kebaikan."
"Ya tapi tulisan saya traveling Bu."
"Nah bisa bermanfaat untung orang lain."
Saya membuat blog untuk catatan pribadi  tapi nyatanya beberapa tulisan membawa berkah bagi orang lain.  Mungkin ini yang dimaksud Herlina. Tulisan Pulau Palambak di Aceh Singkil menjadi awal kebangkitan pariwisata di Kepulauan Banyak. Destinasi wisata yang terlupakan karena tsunami Aceh dan gempa Mentawai, kembali dikunjungi wisatawan setelah artikelnya terbit  di surat kabar.
Begitu juga dengan puncak Mandeh. Setelah kisahnya saya tulis dan video amatirnya diunggah di chanel YouTube, seorang jurnalis televisi menghubungi saya. Sejak saat itu Puncak Mandeh yang dikenal sebagai Raja Ampat Sumatra Barat, jadi destinasi favorit di Painan.
Gaya perjalanan beransel lebih banyak menjelajah pedalaman Indonesia memberikan pengalaman baru. Saya banyak menerima kebaikan di jalanan. Teringat ketika asrama biarawati di Timor Leste menerima kami yang tidak satu keyakinan untuk menumpang. Â Saat di Aceh merasakan nikmatnya sebungkus nasi pemberian orang setelah berhari-hari makan mie instan. Perjalanan bukan hanya tentang destinasi tapi memahami bahwa kebaikan itu universal tanpa batas.