Mohon tunggu...
Dananta Ciptojaya
Dananta Ciptojaya Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - ...

....

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Profesor yang Dibutakan oleh Kekayaan

17 Agustus 2024   12:57 Diperbarui: 17 Agustus 2024   13:15 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebagai manusia, jika sudah dibutakan oleh kekayaan, seseorang bisa rela melakukan apa pun demi mendapatkan kekayaan tersebut, tanpa memandang siapa diri mereka.

Kasus guru besar Universitas Jambi, Sihol Situngkir, yang menggunakan modus magang ke luar negeri sangat bertentangan dengan bagaimana seorang guru besar seharusnya bertindak. Dikatakan bahwa ia memperoleh uang sejumlah Rp 48 juta setelah menjalankan modus magang ke beberapa universitas untuk program ferienjob. Dari sini, terlihat bahwa seorang guru besar bisa saja terlibat dalam perdagangan manusia.

Setelah diselidiki lebih lanjut oleh pihak berwenang, Sihol menyosialisasikan program ferienjob ini ke 4 kampus dari 33 universitas yang memberangkatkan 1.047 mahasiswa. Sihol telah ditetapkan sebagai tersangka tetapi tidak ditahan. Ia dijerat dengan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO), dengan ancaman hukuman paling lama 15 tahun penjara dan denda hingga Rp 600 juta.

Kasus ini tidak hanya menunjukkan ketidakmoralitasan yang jelas, tetapi juga sangat bertentangan dengan standar etik yang diharapkan dari seorang akademisi dengan posisi tinggi. Menurut pedoman kode etik akademik, seperti yang tercantum dalam "Kode Etik Akademik Perguruan Tinggi" yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, seorang akademisi, terutama yang memegang jabatan sebagai guru besar, harus menunjukkan perilaku yang tidak hanya cerdas tetapi juga berintegritas tinggi.

Kasus ini dapat dianalogikan dengan sebuah kapal yang dipimpin oleh kapten dengan tujuan yang pasti dan jelas. Namun, karena kapten kapal tersebut rakus akan kekuasaan, ia rela mengorbankan awak kapalnya. Kapten tersebut mengirim awak kapal ke bawah laut dengan iming-iming harta karun, tetapi yang terjadi malah malapetaka. Di sisi lain, hanya kapten yang menikmati hasil dari tujuan kapal tersebut sendirian tanpa harus membagi-bagikannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun