Mohon tunggu...
Danang Wiryawan
Danang Wiryawan Mohon Tunggu... Lainnya - Content Writer

Cita-cita ingin menjadi Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Instagram Mahasiswi Cantik Kampus : Sebuah Standar Kecantikan ?

20 Februari 2022   11:30 Diperbarui: 20 Februari 2022   11:31 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewasa ini media sosial dapat berkembang dengan sangat cepat. Semua orang sepertinya sangat  membutuhkan media sosial sebagai alat untuk menunjukkan apa yang dimilikinya kepada ranah sosial, dengan tujuan banyak khalayak akan tertarik untuk melihatnya dan mungkin akan mengikuti akun media sosial tersebut. Salah satu media sosial yang menjadi favorit masyarakat adalah Instagram. Instagram disukai karena memiliki jangkauan yang luas, tingkat pengetahuan masyarakat yang tinggi terhadap platform tersebut, serta memiliki banyak fitur yang menarik didalamnya. Sehingga banyak orang akan merasa familiar dengan penggunaan Instagram dan dapat dengan mudah untuk menyukai media sosial yang satu ini. Tidak ketinggalan juga banyak instansi, komunitas, serta brand yang memaksimalkan penggunaan Instagram sebagai media untuk mempromosikan citranya.

Sama halnya dengan di ranah perkampusan duniawi, sepertinya setiap kampus saat ini mempunyai akun Instagram yang memiliki konten utama dan berfokus dalam menunjukkan wajah-wajah para mahasiswi yang berada di kampus tersebut. Akun tersebut biasanya rajin memposting foto-foto dari mahasiswi yang terdaftar di kampus tersebut untuk diperkenalkan di media sosialnya. Selain itu, template umumnya adalah dituliskan nama lengkap dari mahasiswi yang diposting, jurusan yang diambil, tahun angkatannya, dan tidak kelupaan juga di tag akun Instagram pribadi dari si empunya foto.

Umumnya akun Instagram seperti itu mengusung nama kampusnya lalu ditambahkan kata "cantik", "cakep", "menawan", "geulis", atau kata-kata yang serupa sebagai username dari Instagramnya. Kalau ditelisik lebih jauh, sebenarnya agak membingungkan motif serta tujuan dari kehadiran akun Instagram itu. Hal pertama yang terbesit dalam pikiran mengenai Instagram tersebut adalah untuk memamerkan ke khalayak bahwa kampus tersebut mempunyai SDM yang unggul dari para mahasisiwinya yang memiliki paras rupawan atau mungkin juga bisa sebagai sarana exposure untuk saling memperkenalkan dirinya kepada mahasiswa/i yang lain di kampus tersebut supaya dapat saling berkenalan.

Ya kemungkinan akun Instagram seperti itu memang dibuat sebagai sarana hiburan semata, mungkin yang melihat dan mengikuti akun Instagram tersebut akan merasa terhibur karena disuguhkan foto-foto mahasiswi cantik yang ada atau mugkin juga bagi yang terpilih untuk diposting juga merasa senang dan bangga bahwa kecantikannya diakui oleh kampusnya.

Tetapi tanpa disadari hal itu menunjukkan bahwa adanya standirisasi kecantikan yang ditetapkan kepada perempuan/mahasiswi di dalam lingkungan kampus. Karena tidak mungkin semua mahasiswi dari berbagai macam jurusan serta lintas angkatan akan diposting di dalam Instagram tersebut, pasti ada kualifikasi yang telah ditetapkan untuk memilih mana saja mahasiswi yang layak untuk diposting dan diberikan label "cantik". Si "admin" Instagram tersebut menilai atas dasar subjektif dan pertimbangan individual dalam menafsirkan arti kecantikan, sehingga ia dapat menentukan kategorisasi untuk mahasiswi mana saja yang termasuk dalam golongan "cantik" dan akan diposting di feeds Instagramnya.

Lantas bagaimana untuk mahasiswi di kampus tersebut yang tidak pernah wajahnya terpampang di akun Instagram seperti itu ? apakah berarti mereka semua tidak sesuai dengan kualifikasi kecantikan yang telah diterapkan untuk dapat diposting di dalam Instagram itu ? Yang jelas hal tersebut menimbulkan pertanyaan. Kita tidak bisa begitu saja mengesampingkan para mahasiswi yang lainnya, artinya kecantikan harus dinilai secara menyeluruh tanpa hanya terpaku dengan apa yang tampak secara visual saja. Kehadiran akun Instagram seperti itu menujukkan bahwa perwujudan kata "cantik" yang dimaksudkan adalah sebagaimana mahasiswi-mahasiswi yang wajahnya terpampang di feeds akun Instagram tersebut.

Lalu timbul lagi pertanyaan, siapakah si "admin" itu sebenarnya atau siapa yang dibalik akun Instagram tersebut ? karena si "admin" itu sendiri bisa dapat dengan cepat dan banyak mengetahui data dari setiap mahasisiwi yang akan diposting, seperti nama lengkap, jurusan, angkatan, bahkan akun Instagram pribadinya. Hal tersebut berlangsung secara berkelanjutan, seakan-akan si "admin" sebagai pemburu harta karun yang ditugaskan untuk selalu mencari mahasiswi "cantik" sampai ke tiap sudut kampus. Terlebih lagi di masa tahun ajaran baru, dengan banyaknya mahasiswi yang baru diterima di kampus tersebut, bagi si 'admin" di waktu itu bak musim panen, karena melimpahnya stok konten yang nantinya akan diposting di Instagram tersebut dari bermunculannya mahasiswi baru yang akan diberi label "cantik" oleh si "admin", disamping itu juga upaya untuk dapat menggaet followers baru untuk membuat Instagramnya menjadi semakin dikenal luas di kalangan kampus.

Sosok si "admin" menjadi sebuah misteri tersendiri, apakah dia itu juga seorang mahasiswa/i di dalam kampus tersebut sehingga bisa mengenal banyak mahasiswi lainnya atau mungkin ternyata dari kalangan karyawan/staff dari pihak kampus itu sendiri sehingga dapat dengan mudah mendapatkan data dari mahasisiwi yang akan dijadikan konten. Yang jelas siapapun dia orangnya, berarti dialah yang secara tidak langsung telah menetapkan standirisasi kecantikan di kampus tersebut.

Satu hal yang harus digarisbawahi adalah foto-foto yang akan diposting sudah sepatutnya dan seharusnya melalui prosedur yang baik dan sopan juga, seperti sebelum diposting harus meminta izin terlebih dahulu dari si pemilik foto atau melakukan pemberitahuan sebelumnya kepada mahasiswi tersebut. Hal tersebut dilakukan supaya dari pihak yang bersangkutan tidak merasa dirugikan akibat dari disebarluaskannya foto pribadi mereka di akun Instagram yang bukan milik pribadinya, karena jika memposting foto tanpa adanya izin dari si pemilik haknya terlebih dahulu itu sudah termasuk dalam melanggar privasi seseorang.

Kembali ke awal, adanya akun Instagram seperti itu memang tidak bisa dipungkiri kehadirannya di setiap kampus dan hal itu jelas menunjukkan adanya standarisasi kecantikan yang telah ditetapkan untuk mahasisiwi-mahasiswi di lingkungan kampus untuk bisa diposting di dalam akun tersebut. Hal itu memicu munculnya kategorisasi untuk mahasiswi mana saja yang bisa dikatakan "cantik" dan mana saja yang bukan termasuk didalamnya. Pada dasarnya kecantikan seseorang itu tidak bisa hanya dilihat dari luarnya saja dan apa yang tampak secara visual, tetapi perspektif setiap orang berbeda-beda dalam menginterpretasikan, mengartikan, menilai, serta memandang kecantikan itu seperti apa, yang mana tidak bisa diukur dan disamaratakan dengan referensi yang ada di dalam konten Instagram tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun