Mohon tunggu...
Danang Satria Nugraha
Danang Satria Nugraha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar di Universitas Sanata Dharma

Selain mengajarkan ilmu bahasa dan meneliti fenomenanya di ruang publik, penulis gemar mengamati pendidikan dan dinamikanya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Soempah Pemoeda: Kini dan Esok Hari

31 Oktober 2024   03:04 Diperbarui: 31 Oktober 2024   07:30 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Gantungkan cita-citamu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang."

_____Soekarno

Sumpah Pemuda, ikrar suci yang diikrarkan pada 28 Oktober 1928, bukan sekadar tonggak sejarah. Ia adalah nyala api semangat yang terus membakar jiwa bangsa Indonesia, khususnya para pemuda, dari generasi ke generasi. Sumpah Pemuda adalah kristalisasi tekad untuk bersatu, menggapai cita-cita Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil, dan makmur.

Namun, di tengah derasnya arus globalisasi dan tantangan zaman, bagaimana relevansi Sumpah Pemuda bagi generasi kini? Apakah semangat persatuan,  pengakuan terhadap satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa, masih terjaga?

Tulisan ini mengajak kita untuk merefleksikan makna Sumpah Pemuda dalam konteks kekinian. Kita akan menelisik bagaimana nilai-nilai luhur Sumpah Pemuda dapat diimplementasikan oleh generasi muda masa kini, serta bagaimana mereka dapat meneruskan estafet perjuangan untuk Indonesia yang lebih baik di masa depan.

Yang Pertama
Sumpah pertama, "Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Indonesia," merupakan fondasi utama dari persatuan bangsa. Ikrar tersebut menegaskan bahwa meskipun  berasal dari beragam suku, budaya, agama, dan bahasa, kita semua memiliki satu ikatan yang tak terpisahkan, yaitu Tanah Air Indonesia.

Di masa kini, di tengah menguatnya sentimen identitas kelompok dan potensi perpecahan,  sumpah pertama ini menjadi semakin relevan. Kita perlu terus  menanamkan kesadaran bahwa perbedaan  adalah kekayaan, bukan sumber konflik.  Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua, harus terus dihayati dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Generasi muda, sebagai penerus bangsa, memegang peranan penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Mereka harus mampu  menjembatani perbedaan,  menghindari sikap intoleransi,  dan  mengedepankan semangat persaudaraan.

Media sosial, yang menjadi ruang ekspresi dan interaksi utama bagi generasi muda,  harus dimanfaatkan secara bijak.  Hindari penyebaran ujaran kebencian, hoaks, dan provokasi yang dapat  merusak persatuan. Sebaliknya,  promosikanlah  nilai-nilai toleransi,  persaudaraan,  dan  cinta tanah air.

Pendidikan juga memegang peranan krusial dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air.  Kurikulum pendidikan  harus  dirancang  untuk  menumbuhkan  kesadaran  akan  pentingnya persatuan,  menghargai  perbedaan,  dan  menumbuhkan  rasa  tanggung jawab  terhadap  masa  depan  bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun