"Fontosak a szemlyes kapcsolatok. Higgy nmagadban! Koncentrlj arra, amit megtehetsz, amin vltoztathatsz!" (Personal relationships are important. Believe in yourself! Focus on what you can do, what you can change!")
________________Katalin Kariko
Katalin Kariko lahir di Hungaria pada tahun 1955. Ia dibesarkan di Kisjszlls, sebuah kota kecil berpenduduk sepuluh ribu jiwa, 150 kilometer sebelah timur Budapest, tempat ia juga menyelesaikan pendidikan menengahnya. Ketertarikannya pada biologi sebagian didorong oleh guru biologi sekolah yang sangat baik, Albert Toth, dan sebagian lagi oleh pekerjaan ayahnya sebagai tukang daging. Hasil akademisnya yang luar biasa membuka pintu baginya untuk masuk ke Universitas Szeged, Hungary, yang memiliki salah satu program pelatihan biologi terkuat di negara ini dan badan profesor terkemuka yang terlibat dalam penelitian mutakhir.
Katalin Kariko, dikutip dari profil Beliau di repository Universitas Szeged, telah bergabung dengan BioNTech RNA Pharma sejak tahun 2013, pertama sebagai Wakil Presiden dan kemudian dipromosikan menjadi Wakil Presiden Senior pada tahun 2019. Pada tahun 2022, ia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Wakil Presiden BioNTech agar dapat mencurahkan lebih banyak waktu untuk karya ilmiah di masa depan. Dia juga merupakan Adjunct Associate Professor di Perelman School of Medicine, University of Pennsylvania, tempat dia bekerja selama 24 tahun, antara tahun 1989 dan 2013.
Selama empat dekade, penelitiannya berfokus pada mekanisme yang dimediasi RNA dengan tujuan akhir mengembangkan mRNA yang ditranskripsi secara in vitro untuk terapi protein. Dia menyelidiki aktivasi kekebalan yang dimediasi RNA dan bersama dengan Dr. Drew Weissman menemukan bahwa modifikasi nukleosida menekan imunogenisitas RNA. Pekerjaan inovatif ini membuka peluang untuk penggunaan terapeutik mRNA. Patennya, yang ditemukan bersama dengan Dr. Weissman pada uridin mRNA yang dimodifikasi nukleosida, merupakan dasar bagi vaksin mRNA anti-SARS-CoV-2 yang disetujui FDA dan dikembangkan oleh BioNTech/Pfizer dan Moderna/NIH.
Dalam esai ini, saya membagikan lima pesan yang boleh jadi akan sangat bermanfaat bagi kehidupan kita. Baik dalam kehidupan pribadi ketika berkarier maupun aspek kehidupan lainnya yang kita geluti. Tentu saja, diperlukan pelbagai penyesuaian dan adaptasi dari pembaca budiman sesuai konteks masing-masing.
Pertama
Katalin Kariko berpesan, "You have to believe that you can discover something that others thought was not possible, but you are able to..."
Sepanjang sejarah, pemikiran filosofis telah menekankan pentingnya akal dan bukti dalam pencarian pengetahuan. Namun, ada elemen penting lain yang mendorong penemuan: keyakinan akan kemungkinan terjadinya hal yang tidak diketahui. Â Ini bukanlah keyakinan buta, melainkan kepercayaan terhadap proses eksplorasi dan potensi informasi baru untuk menantang paradigma yang ada. Penemuan-penemuan besar sering kali berasal dari individu-individu yang berani mempertanyakan apa yang dianggap absolut. Â Bayangkan jika Copernicus tidak percaya pada tata surya heliosentris meskipun banyak yang percaya pada model geosentris. Â Dengan berpegang pada gagasan bahwa sesuatu yang dianggap mustahil oleh orang lain bisa jadi benar, dan kemudian secara aktif mencari bukti, ia merevolusi pemahaman kita tentang kosmos. Â Semangat eksplorasi yang sama berlaku di semua bidang. Jadi, apabila suatu saat kita menghadapi masalah atau pertanyaan, ingatlah bahwa di dalam diri kita terdapat potensi untuk menemukan sesuatu yang inovatif. Kita hanya perlu percaya bahwa jawabannya, meskipun mungkin tidak lazim, masih ada dan menunggu untuk ditemukan.
Banyak aliran filosofis, dari empirisme hingga rasionalisme, yang menekankan peran penemuan dalam memperluas pengetahuan manusia. Empirisme menekankan pentingnya observasi dan pengalaman, menyarankan bahwa selalu ada sesuatu yang baru yang dapat diperoleh dari dunia sekitar kita. Rasionalisme, di sisi lain, menonjolkan kekuatan nalar dan logika untuk mengungkap kebenaran yang mungkin tidak langsung terlihat. Kedua pendekatan ini memiliki keyakinan inti yang sama: ada nilai yang melekat dalam tindakan penemuan itu sendiri. Â Ini juga diterjemahkan ke dalam ranah pribadi. Kita harus percaya bahwa kita dapat menemukan sesuatu yang orang lain anggap tidak mungkin. Dengan mempertanyakan asumsi yang sudah ada dan mendekati masalah dari sudut pandang baru, kita dapat mendorong batas-batas pengetahuan. Sekalipun penemuan kita menantang kerangka kerja yang ada, pencarian kebenaran, yang didorong oleh landasan filosofis yang kuat, dapat menghasilkan kemajuan yang inovatif.
Empirisme, lebih lanjut, sebagai sebuah aliran filsafat yang menekankan pengalaman indrawi, mengajarkan bahwa pengetahuan dibangun melalui observasi dan eksperimen. Namun penemuan sering kali mendobrak batas-batas apa yang dianggap "dapat diamati". Kita harus percaya bahwa kita dapat menemukan sesuatu yang menurut orang lain tidak mungkin dilakukan, bukan karena hal tersebut bertentangan dengan hukum alam, namun karena keterbatasan saat ini -- teknologi, metodologi, atau bahkan persepsi -- mengaburkan keberadaannya. Keyakinan ini, mirip dengan fallibilisme yang dikemukakan oleh Karl Popper, mengakui sifat sementara yang melekat pada pengetahuan. Dengan mendekati hal-hal yang tidak diketahui dengan pikiran kritis namun terbuka, kita dapat menemukan kebenaran yang menantang paradigma yang ada, dan pada akhirnya memperluas kemungkinan yang ada.