Mohon tunggu...
Danang Satria Nugraha
Danang Satria Nugraha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar di Universitas Sanata Dharma

Selain mengajarkan ilmu bahasa dan meneliti fenomenanya di ruang publik, penulis gemar mengamati pendidikan dan dinamikanya.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Potret Visi & Misi Politik dari Lensa Bahasa

29 Februari 2024   23:35 Diperbarui: 29 Februari 2024   23:47 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(source: https://www.indoleft.org/cartoons/2023-06-07/its-getting-hotter.html)

Contohnya, dalam debat tentang kebijakan ekonomi, seorang calon pemimpin dapat menggunakan data dan statistik yang kuat serta bahasa yang jelas untuk meyakinkan pemilih bahwa rencana ekonominya akan memberikan manfaat nyata bagi rakyat.

Ketiga, Penggunaan Bahasa Formal dan Informal dalam Komunikasi Politik. Pemimpin politik di Indonesia sering kali beradaptasi dengan berbagai situasi komunikasi dengan menggunakan bahasa yang sesuai. Ketika berbicara di depan umum atau dalam situasi resmi, mereka cenderung menggunakan bahasa formal yang terstruktur dan sopan.

Namun, ketika berinteraksi dengan masyarakat secara langsung atau melalui media sosial, mereka dapat menggunakan bahasa yang lebih santai dan dekat dengan bahasa sehari-hari. Contohnya, dalam pertemuan langsung dengan masyarakat, seorang pemimpin politik dapat menggunakan bahasa yang lebih akrab dan ramah untuk menciptakan hubungan yang lebih intim dengan pemilih.

Dengan demikian, analisis bahasa dalam politik dapat memberikan wawasan yang mendalam tentang bagaimana para pemimpin menyampaikan dan memperjuangkan visi serta misi politik mereka kepada masyarakat. Dengan memahami bagaimana bahasa digunakan dalam konteks politik, kita dapat lebih memahami motivasi dan strategi para pemimpin dalam meraih dan mempertahankan kekuasaan, serta dampaknya terhadap masyarakat dan sistem politik secara keseluruhan.

Potret Kedua
Apa peran gaya berbicara, pemilihan kata, dan retorika dalam membentuk citra dan reputasi pemimpin politik, serta bagaimana hal ini memengaruhi dukungan dan kritik terhadap kebijakan mereka?

Gaya berbicara, pemilihan kata, dan retorika memainkan peran yang sangat penting dalam membentuk citra dan reputasi pemimpin politik. Melalui penggunaan bahasa yang tepat, pemimpin politik dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kebijakan yang mereka usulkan serta karakter dan kompetensi mereka sebagai pemimpin. Sebagai contoh, pemimpin politik yang menggunakan retorika yang kuat dan meyakinkan dalam menyampaikan visi dan misi mereka cenderung mendapatkan dukungan yang lebih besar dari masyarakat.

Pemilihan kata juga memiliki dampak yang signifikan dalam membangun citra pemimpin politik. Bahasa yang positif dan optimis sering kali digunakan untuk menyoroti pencapaian dan rencana masa depan, sementara bahasa yang menyalahkan atau mengecam dapat memicu kritik dan ketidakpercayaan. 

Misalnya, pemimpin politik yang menggunakan bahasa yang membangkitkan harapan dan keyakinan dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi masyarakat cenderung mendapatkan dukungan yang lebih besar daripada mereka yang hanya menyalahkan pihak lain atas masalah tersebut.

Selain itu, retorika yang dipilih juga dapat mempengaruhi sejauh mana pemimpin politik tersebut dianggap sebagai pemimpin yang kompeten dan berkarakter. Penggunaan retorika yang meyakinkan dan persuasif dapat membuat pemimpin politik terlihat sebagai sosok yang berwibawa dan mampu memimpin dengan efektif. Namun, retorika yang berlebihan atau tidak konsisten dapat merusak citra pemimpin politik dan mengurangi dukungan dari masyarakat.

Lebih lanjut, berikut adalah tiga contoh spesifik berdasarkan fakta di Indonesia untuk mendukung jawaban untuk pertanyaan kedua tersebut. Pertama, Retorika Optimis Jokowi dalam Merancang Visi Pembangunan: Presiden Joko Widodo (Jokowi) sering menggunakan retorika yang optimis dan progresif dalam merancang visi pembangunan Indonesia. 

Misalnya, dalam pidato-pidatonya, Jokowi sering menekankan pentingnya pembangunan infrastruktur untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Gaya berbicara yang optimis dan pemilihan kata yang menonjolkan prestasi pembangunan seringkali berhasil membangkitkan harapan dan dukungan masyarakat terhadap program-program pemerintahannya.

Kedua, Retorika Kritik Oposisi terhadap Kebijakan Ekonomi. Sebaliknya, oposisi politik di Indonesia sering menggunakan retorika yang kritis terhadap kebijakan ekonomi pemerintah. Melalui pernyataan-pernyataan media dan pidato-pidato publik, mereka menyoroti kelemahan dan dampak negatif dari kebijakan ekonomi yang diusulkan atau diimplementasikan oleh pemerintah. Penggunaan bahasa yang kritis dan menggambarkan konsekuensi yang buruk dari kebijakan tertentu dapat memengaruhi pandangan masyarakat dan menarik perhatian terhadap alternatif kebijakan yang mereka usulkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun