Mohon tunggu...
Danang Probotanoyo
Danang Probotanoyo Mohon Tunggu... profesional -

Alumnus UGM, sewaktu Mahasiswa banyak terlibat berbagai "gerakan sosial". Sesekali menulis di media massa mainstream: nasional, lokal dan luar daerah. Anti penindasan dan diskriminasi. Di Kompasiana hanya ingin menulis yang enteng-enteng saja: Singkat, padat, mengena, dan sebisa mungkin menghibur serta bermanfaat(?!). Ingin mempolitisasi humor dan menghumorkan politisi di beberapa segmen. Prinsip: HUMOR CERDAS & MENCERAHKAN. silahkan tertawa sebelum tertawa dikenakan pph! (pajak pemakaian humor)\r\nPeringatan: Copy paste atas karya Saya diijinkan dengan syarat mencantumkan sumber dan nama penulis. Bila tidak berarti terjadi penjiplakan!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tempe Raib, Menteri Kompeten (Tak) Hilang Akal

25 Juli 2012   15:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:38 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13432296551113772758

[caption id="attachment_196267" align="alignnone" width="300" caption="sumber gambar: xtraordinaryz.blogspot"][/caption]

Negeri ini heboh. Semenjak jaman  Majapahit, Tempe sudah menjadi makanan favorit, lebih tepatnya lauk favorit. Tiba-tiba Tempe menghilang dari peredaran. Usut punya usut raibnya Tempe (Tahu gak usah disebut, karena penulis lebih favorit Tempe, jangan protes) disebabkan para produsennya mogok berproduksi akibat melambungnya harga Kedelai, sebagai bahan dasar Tempe. Harap maklum saja, sudah lama sektor pertanian salah urus. Sehingga kebutuhan Kedelai dalam negeri tak mencukupi hingga harus didatangkan dari Amrik segala. Kalau mendatangkan Leopard dari Jerman masih bisa dinalar, ini Kedelai saja mesti mendatangkan dari negeri asing. Mau dikemanakan wajah Kita di hadapan Tuhan, yang telah menganugerahi Kita negeri luas yang subur ini. Kebanyakan ngurusin koalisi buat mendapatkan kursi, sehingga tak sempat lagi ngurus pertanian. Kembali ke Tempe. Karena  harga Kedelai diserahkan ke pasar (bebas) akibatnya bisa ditebak: harga Kedelai meroket tak terkontrol. Pengusaha Tempe kelabakan, ongkos produksi melonjak tak sebanding dengan nilai jual Tempe. Akhirnya stabilitas (perut) bangsa "Tempe" benar-benar terancam. Terjadi gonjang-ganjing di republik ini. Menteri yang berkompeten ngurusi masalah pertanian (selanjutnya Saya sebut "Menteri Kompeten") sibuk bertemu berbagai pihak untuk menjelaskan gonjang-ganjing Kedelai dan raibnya Tempe hari ini. Ini masalah  serius, karena menyangkut taste dan kemampuan mayoritas rakyat, yang sejak beberapa dekade kuatnya cuma makan Tempe. Akhirnya Menteri Kompeten (ngurusi pertanian) pun angkat bicara dihadapan publik, setelah sebelumnya mengadakan pertemuan tertutup dengan bosnya di Istana (Tidak) Merdeka. *Bagaimana Merdeka, wong Kedelai saja bergantung asing.

Simak dialog Sang Menteri Kompeten dengan rakyat yang gelisah karena raibnya Tempe.

Menteri Kompeten: " Tenang saudara-saudara, gak usah resah, marah apalagi chaos karena raibnya Tempe." Rakyat: " Bagaimana Kami gak resah dan marah, Pak Menteri, Tempe adalah satu-satunya harapan Kami. Gak kuat kalau  Kami mesti beralih ke Telur apalagi daging." Menteri Kompeten: "Kan, sudah Saya bilang gak usah resah. Tadi saya baru saja rapat mendadak dengan atasan di Istana. Dari sanalah Kita mendapatkan  solusi untuk mengganti Tempe yang saudara-saudara makan saban hari itu. Jangan kuatir, makanan pengganti Tempe yang Kami usulkan untuk saudara-saudara tak kalah murahnya dengan Tempe dan sama-sama menyehatkan badan dan keuangan saudara-saudara sekalian." Rakyat: " Betul itu, Pak Menteri. Tumben ada solusi jitu buat rakyat kali ini. Lalu, makanan pengganti apakah yang bisa menggantikan Tempe untuk Kami santap setiap harinya, Pak Menteri?" Menteri Kompeten: " Kami usulkan mulai  besok saudara-saudara harap  menyantap Mendoan sebagai pengganti Tempe." Rakyat: @@@####!!!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun