[caption id="attachment_143915" align="alignnone" width="300" caption="Kesederhanaan Presiden Iran (google)"][/caption] Terlepas dari masalah skill, stamina ataupun postur tubuh, tadi malam PSSI Senior benar-benar dihempaskan Iran dengan skor telak 3:1 di kandang sendiri, mengulang kekalahan serupa ketika tandang di Teheran, Iran, saya rasa kubu Iran sangat lega (dan bersuka cita tentu saja) dengan kemenangan-kemenangan yang diraihnya dari Indonesia. Mereka setidaknya bisa melampiaskan "kekesalannya" terhadap Indonesia beberapa tahun yang silam. Ini mungkin tidak ada hubungannya, tapi setidaknya bisa dijadikan renungan bagi Bangsa Indonesia, agar lebih bisa merasa berdaulat di mata Internasional dan tidak perlu mengekor terus di belakang negara-negara Barat, khususnya Amerika. Iran, terlepas mereka penganut aliran keagamaan tertentu, adalah negara yang patut dijadikan contoh dalam banyak hal: Kemandirian, Kemajuan Iptek dan tidak ragu-ragu untuk berkata "Tidak!" pada kekuatan besar dunia. Solidaritas Iran kepada negara-negara atau bangsa tertindas juga patut diacungi jempol. Mereka bersahabat dengan Indonesia tanpa pretensi. Namun, publik mungkin masih ingat, beberapa tahun yang lalu saat Indonesia menjadi Anggota Tak Tetap di Dewan Keamanan PBB, dimana saat itu Iran membutuhkan dukungan dari Indonesia agar tidak terkena sanksi yang lebih keras dari DK PBB terkait program nuklirnya, justru pegkhianatan yang didapat. Padahal Lobi dan pendekatan ke Indonesia sudah dilakukan Iran, bahkan saat itu ada sinyal positif dari Indonesia untuk tidak menyetujui sanksi   ( yg kesekian kalinya) yang dijatuhkan DK PBB kepada Iran. Namun, lacur, pada saat-saat terakhir voting, justru Indonesia serta-merta berbalik haluan dan menurut kepada tekanan Barat serta Amerika agar menyetujui sanksi terhadap Iran. Saya masih ingat, bagaimana Dino Patti Djalal, selaku staf SBY untuk Urusan Luar Negeri (?) begitu belepotan membangun argumen untuk membenarkan "Pengkhianatan Indonesia atas Iran" ketika dikecam berbagai pihak atas "Pengkhianatan" tersebut. Ya sudahlah, mudah-mudahan ke depan Indonesia memiliki pemimpin yang tidak selalu mengekor kepentingan adidaya terus dan bisa lebih percaya diri untuk membawa bangsa ini sebagai bangsa yang berdaulat sepenuhnya. Hati-hati jangan terpeleset lagi di 2014 nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H