1. Sprindik KPK yang bocor merupakan berkah tiada tara bagi seorang Anas Urbaningrum yang telah ditetapkan KPK sebagai tersangka kasus Hambalang. Dia licin dan pandai memanfaatkan celah peluang yang bisa menguntungkan dirinya.
Anas pun lihai memanfaatkan "kecerobohan" SBY kala berpidato agar Anas lebih fokus pada permasalahan yang sedang dia hadapi, dan untuk sementara kepemimpinan Demokrat diambil alih langsung oleh Majelis Tinggi Demokrat.
Apakah ada hubungan antara sprindik yang bocor dengan pidato himbauan SBY agar Anas fokus ke persoalan yang membelitnya?
Jelas ada. Saya meyakini bahwa SBY tahu kalau Anas akan dijadikan tersangka oleh KPK. Apa susahnya itu? Ratusan orang di KPK bukanlah orang-orang yang steril semua dari kepentingan-kepentingan tertentu. Di KPK bertaburan orang-orang yang berasal dari institusi-institusi negara lainnya di luar KPK. Ada unsur kepolisian, kejaksaan dan lain-lain. Nah, jika saja satu diantara mereka mengetahui adanya sprindik untuk mentersangkakan Anas, tak bisa ditampik bila mereka akan melaporkan informasi penting itu ke bos mereka di institusi asalnya. Nah, bos-bos tersebut tak mustahil juga bila menyampaikan kabar genting tersebut ke SBY sebagai bos besarnya. Ini sangat logis sekali. Intinya mereka ingin mencari muka kepada SBY.
Makanya tak mengherankan bila SBY terlihat begitu pede menyarankan Anas agar fokus ke permasalahannya dengan KPK. Hakekatnya SBY memang sudah mengetahui itu melalui orang-orang KPK yang berasal dari berbagai institusi negara lainnya itu. Ini adalah hal yang wajar.
Namun, perlu menjadi catatan bahwa SBY tahu Anas akan ditersangkakan bukan berarti SBY mengintervensi KPK.
Anas rupanya memanfaatkan hal itu. Dia berkilah bahwa pernyataan SBY agar dirinya lebih fokus ke masalah hukum yang dihadapinya, di blow up Anas sebagai intervensi SBY atas KPK. Dengan bahasa lain SBY memesan KPK agar Anas ditersangkakan.
2. "Saya ibarat bayi yang lahir tak diharapkan," begitulah Anas memelas dalam pidatonya. Tentu pernyataan itu bisa menguras air mata bagi ibu-ibu yang gemar menonton sinetron. Tapi bagi yang jeli dan mengikuti jejak-jejak Anas, akan tertawa sekencang-kencangnya.
Anas bukanlah "bayi yang lahir tak diharapkan", Anas adalah anak yang minggat dari rumah (KPU) yang lantas diadopsi oleh SBY sebagai anak kesayangan. Begitu rekan-rekannya di KPU masuk bui karena korupsi, Anas hengkang ke partai penguasa, partainya SBY. Di Demokrat Anas mendapat karpet merah, langsung diberi jabatan mentereng "Ketua Bidang Politik Demokrat". Tak berselang lama ia pun meraih kursi puncak di Demokrat sebagai ketua umum DPP Partai Demokrat. Apakah masuk akal, orang yang tak disukai SBY bisa mendapatkan berbagai jabatan prestisius di Demokrat, padahal yang bersangkutan adalah "anak kemarin sore" di Demokrat. Butuh waktu bertahun-tahun buat kader asli Demokrat untuk naik jenjang di kepartaian itu.
Jadi, Anas bukanlah "bayi yang lahir tak diharapkan", Anas adalah "Anak minggat yang diopeni SBY!"
Sayangnya, banyak tokoh-tokoh nasional yang mudah dikibuli cerita melankolis nan cengeng dari seorang Anas Urbaningrum. Mungkin tokoh-tokoh itu adalah penonton setia sinetron Indonesia.