[caption id="attachment_159361" align="alignnone" width="180" caption="MSG (gambar : Okezone.com)"][/caption]
Sebenarnya saya tidak begitu nyaman menulis hal ini. Namun ketidaknyamanan tersebut terpaksa saya sisihkan sementara, demi menyuarakan apa yang semestinya.
Berawal dari keberanian KPK Jilid III untuk menetapkan Sdri MSG sebagai tersangka di kasus suap cek pelawat anggota DPR 1999-2004 dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior BI. Tentunya patut bagi saya untuk mengapresiasi KPK dengan Dua jempol atas keberanian tersebut.
Penetapan MSG sebagai tersangka kasus suap otomatis mengindikasikan bahwa yang bersangkutan adalah pribadi yang tercela baik secara moral serta etika dan tak berintegritas.
Namun anehnya, sebagaimana yang saya baca di teks berjalan di sebuah stasiun TV, ternyata Menteri Pendidikan Nasional masih mengijinkan ybs (MSG) untuk mengajar di UI (Universitas Indonesia). Nampaknya status tersangka dengan kecacatan moral yang menyertai seseorang tak menyurutkan pihak lain untuk memberi penghormatan secara membabi buta. Semua hanya memandang gelar dan jabatan seseorang semata, urusan moral ditempatkan pada nomor terakhir, bahkan tak masuk hitungan.
Lebih ironis lagi bahwa hal ini terjadi di insitusi pendidikan, yang seharusnya menjadi tempat untuk menempa manusia menjadi pribadi-pribadi yang berilmu sekaligus bermoral. Dalih bahwa ybs masih menjadi tersangka (belum terdakwa) seharusnya tidak digunakan untuk justifikasi. Kedepankan moral dan etika di dunia pendidikan, ini yang terpenting!
Apa jadinya bila tersangka suap yang menghebohkan seantero negeri ini ternyata masih diberi kehormatan penuh oleh institusi pendidikan sekaliber UI untuk menggembleng para mahasiswanya. Tanpa disadari justru hal itu sangat membahayakan bagi peserta didik itu sendiri (mahasiswa UI). Alam bawah sadar mereka akan tertanam persepsi dan konsepsi bahwa Koruptor atau penjahat suap adalah "orang terhormat" dan tidak akan terkurangi sedikitpun kredibilitasnya. "Kelak bila Kami menjadi pejabat dan korup, kami tak akan khawatir lagi, kami akan tetap disegani dan dihormati, toh, kami memiliki role models" begitulah kira-kira yang ada di benak anak-anak UI.
Nampaknya, inilah salah satu biang kerusakan mental dan moral bangsa ini, dimana pendidikan mengabaikan nilai-nilai moral, pendidikan hanya mengejar ilmu semata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H