Engeline Margriet Megawe, (Angeline) gadis cilik yang cantik sesuai namanya dalam bahasa Perancis yang berarti bidadari. Bidadari yang tidak dapat terbang ini berjalan di jalan yang cukup terjal. Angeline delapan tahun usianya, ia dilahirkan sekali dan mati dua kali, kematian pertama tepat tiga hari setelah ia dilahirkan, ketika ia dipisahkan dari ibu kandungnya oleh sebab tidak mampu bayar persalinan. Kematian yang kedua ketika ia dibunuh dan proses hukumnya masih misterius. Saya tidak mau menerka nerka apa yang menjadi hak Angeline untuk ceritakan semasa hidupnya. Namun saya yakin ia tidak menghitung berapa jumlah tawa dan tangisnya untuk ia bawa kehadapanTuhan. Karena pengetahuan saya tentang Tuhan sangat dangkal, saya tidak berani berprasangka buruk tentang takdir. Saya mengandaikan Angeline sebagai malaikat, sesuai namanaya dalam bahasa yang lain yang pasti bukan dari bahasa Jawa sesuai idenitas asli bawaan lahiranya, malaikat yang fungsi dan tujuanya hanya untuk patuh pada Tuhan tanpa pernah bisa menawar, maka banyak hal yang telah disampaikan Tuhan melalui Angeline, bukankah Tuhan tidak mungkin mengutus manusia lagi ke bumi, dan kitab suci mustahil di amandement?
Sebenarnya saya merasa tidak pantas ikut membicarakan moral masyarakat dalam tragedi ini karena saya memang bukanlah manusia yang dominan berkelakuan benar di mata masyarakat, namun ada banyak tanda tanya dalam kepala saya ,bebrapa diantaranya adalah “Apakah angeline bagian dari masyarakat? Apakah Angeline punya keluarga? Apakah orang tua kandung Angeline bisa dikategorikan tidak bertanggung jawab karena tidak mempersiapkan kelahiran calon anak mereka? Apakah Angeline punya tetangga, atau hanya sekedar bersebelahan tempat tinggal? Apakah benar angeline ke sekolah bertemu guru, atau cuma penjual jasa ilmu pengetahuan? Apakah di kelas Angeline punya teman, atau mereka hanya saingan tinggi tinggian nilai raport saja? Di klinik mana Angeline dilahirkan? Apaakah bidan yang membantu persalinan Angeline adalah seorang ibu, dan mengenal ibu kandungnya? Apakah benar mereka mempunyai empati? Empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran orang lain. Tidak hanya percuma namun mustahil kita bisa berempati pada orang yang sudah meninggal. Di kampung kelahiranku mudah menjumpai anak anak yang terpisah dari ibu kandungnya karena merantau ke luar negeri, Angeline tidak seberuntung mereka. Ketika saya merasa tertolak oleh masyarakat karena kenakalan saya, saya masih punya keluarga untuk pulang. Ya, saya adalah sampah dalam tong sampah bernama masyarakat, tong sampah yang bercat agama, berhias pangkat dan jabatan dengan garis garis tingkat social dan pendidikan.
Tiga hari lalu jasad Angeline di makamkan di kampung halaman ibu kandungnya, Banyuwangi. Ribuan orang,yang melayat dari jelata, pejabat sampai menteri. Keluarga ibunya mempersiapkan acara pemakaman tentu saja dengan banyak yang membantu berbeda jauh saat kelahiranya meski dengan satu alasan yang sama yaitu kemiskinan.
Sebenarnya saya tidak tega menyalahkan Negara atas tragedi ini. Negara yang semenjak lahir sudah salah ini memiliki beberapa kesamaan dengan Angeline beberapa kesamaanya yaitu sama sama tidak mengenal orang tua kandungnya semenjak lahir, menyandang nama yang diberikan oleh orang asing , diadopsi oleh asing, punya kekayaan yang melimpah tapi dimanipulasi semoga Indonesia lekas terbebas dari itu semua seperti Angeline.
Pemerintah seperti lembaga survey. Mungkin karena yang membantu memenangkan kekuasaan adalah lembaga survey. Bagi mereka rakyat hanyalah angka angka stastistik bukan sebagai manusia. Contohnya data kekerasan anak dari KPAI yang tiap tahu Tahun 2011 terjadi 2178 kasus kekerasan, 2012 ada 3512 kasus, 2013 ada 4311 kasus, 2014 ada 5066 kasus,. Saya tidak tahu apa kebijakan negara dan pemerintah tentang perlindungan anak, yang saya yakini apa saja yang diurus Negara dan pemerintah pasti kacau. Bijak adalah selalumenggunakan akal budi, disinilah apesnya rakyat Indonesia, dimana kita tidak pernah tahu akal budi pembuat kebijakan itu sehat atau tidak. Pada akhirnya kebijakan tidak menghasilkan kebajikan.
Saya tidak terlalu tertarik pada motif serta kronologi kasus ini bagi saya kekerasan yang berujung pada pembunuhan apapun motif dan kronologinya adalah perbuatan sangat keji, jika korbanya anak anak. Saya juga tidak begitu ingin tahu siapa tersangka utamanya serta adakah orang lain yang terlibat. Untuk apa saya hanya mengingat nama sementara kaus kekerasan terhadap anak tiap tahun jumlahnya meningkat. Saya lebih tertarik tentang alas an kenapa ada menteri yang datang, dan ada urusan apa anggota DPR ikut dalam introgasi tersangka? Ada ribuan kasus kekerasanpada anak kenapa hanya Angeline? Apakah KPAI punya standart kelayakan pada tempat tinggal anak? Lalu bagaiman dengan anak anak jalanan? Mungkin mobil mereka terlalu nyaman melewati kemacetan jalan kota Jakarta sehingga mereka pulas tertidur dan tidak pernah melihat banyak anak jalanan disekitar mereka.
semoga kita tidak tertidur dalam segala kemacetan ini, saya anda kelian mereka yang saling peduli dan menjaga satu sama lain. negara boleh bubar, masyarakat boleh kacau, tapi tidak untuk keluarga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H