Mohon tunggu...
Danang Hamid
Danang Hamid Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance, father of three and coffee

Voice Over Indonesia Talent, Radio, Father of three and Black coffee

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Inflasi? Halau Saja dengan Ketahanan Pangan

7 April 2017   09:52 Diperbarui: 7 April 2017   17:30 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ladang padi di Kabupaten Tasikmalaya dibawah kaki Gunung Galunggung

Salah satu teori inflasi  mengatakan bahwa  bertambahnya uang yang beredar akan memicu laju inflasi, hal ini dikemukakan oleh kaum klasik yang menyatakan bahwa ada keterkaitan antara jumlah uang yang beredar dengan harga-harga. "Apabila jumlah barang tetap namun jumlah uang uang yang beredar lebih besar dua kali lipat maka harga barang pun menjadi lebih mahal dua kali lipat," (Kalau begitu kurangi saja peredaran uangnya, Hmmm nggak bisa juga ya? hehe) . Jumlah uang yang beredar di masyarakat bisa bertambah apabila suatu negara menggunakan sistem anggaran defisit. Sehingga untuk menutup kekurangan anggaran tersebut, negara mencetak uang baru yang menyebabkan harga naik, nah lho! 

Namun bagi Bupati Tasikmalaya, Uu Ruzhanul Ulum ada formula yang ia lakukan agar inflasi bisa dikendalikan, formula yang ia pakai adalah  dengan membangun daerahnya melalui Gerakan Membangun Desa (Gerbang Desa).

Efeknya pun sangat terasa oleh masyarakat Kabupaten Tasikmalaya, dengan melimpahnya pangan yang dikembangkan di pedesaan.

Hal inilah yang mendorong terjaganya laju inflasi hingga 80% hingga tahun ini berkat hasil pertanian yang diproduksi oleh pedesaan, Inflasi yang terkendali sangat penting dalam pencapaian ekonomi yang inklusif melalui terjaganya daya beli masyarakat, distribusi pendapatan yang merata, serta mendorong investasi yang produktif, kata dia.

Menurutnya angka inflasi yang rendah merupakan pondasi yang kokoh dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. “Yang kami lakukan dalam mengendalikan inflasi Kabupaten Tasikmalaya secara menyeluruh, mulai dari pengembangan SDM, perbaikan infrastruktur dan logistik, koneksivitas kelembagaan, tata niaga dan teknologi pun menjadi perhatian kami,” terang Uu Ruzhanul Ulum, Bupati Tasikmalaya kepada penulis, bahwa konsultasi program adalah hal yang paling utama dalam inflasi,”Volatile foods,karena memiliki bobot frekuensi tinggi sering muncul,  antara lain beras,” terang bupati yang terkenal nyantri tersebut. 

Walaupun Tasikmalaya memproduksi beras hingga 864.000 ton/tahun, Uu menghitung bahwa penduduk Kabupaten tasikmalaya berjumlah 1,8 Juta jiwa, jika dikalikan konsumsi  125 kg/tahun akan menghabiskan beras sebanyak 225.000 ton pertahun, maka secara riil surplus hingga 293.400 ton pertahun, “Hal ini mendapatkan perhatian dan perlu dijaga agar beras tersebut tidak dijual oleh para agen ke Jabotabek,” sarannya.

“Jangan sampai kita kekurangan beras, perlu kerjasama dengan para pedagang dan untuk menstabilkan harga kita selalu kerjasama dengan bulog, kami membangun sistem roti gudang (SRG) dan lumbung padi di Jamanis” ungkap Uu yang bakal maju dalam pencalonan Gubernur Jawa Barat pada Pilgub Jabar 2018 mendatang.

Untuk menjaga stabilitas pangan dan menekan laju inflasi, tak tanggung-tanggungung Uu mengatakan Pemkab Tasikmayala membangun sebanyak 160 unit lumbung padi dengan stok beras bergulir 5 ton per unit, LDPM 16 unit, LUPM 6 unit. Sementara itu untuk mengantisipasi  kurangnya lahan akibat penggunaan lahan untuk  pembangunan perumahan dan perkantoran serta tempat usaha Pemkab Tasikmalaya dibawah kepemimpinannya mencetak sawah-sawah baru, diantaranya di Padawaras, Cipatujah seluas 110 hektare. Cabe merah pun ditanam di lahan seluas 1,168 Hektar dan menghasilkan 19.600 ton lebih sehingga bisa menstabilkan harga cabe di Tasikmalaya.

Untuk memenuhi kebutuhan daging ayam, daging sapi, telur, ikan dan pangan lainnya, Uu terus mengembangkannya melalui peningkatan kualitas dan kuantitas termasuk mempermudah distribusi hasil pertanian melalui pembangunan infrastruktur dengan membangun jalan-jalan baru di pedesaan.

"Alhamdulillah, kang sekarang mah angkot bisa nyampe ke depan rumah, baheula mah boro-boro tiasa dugi, jalana butut, ayeuna mah yang main ke galunggung juga banyak kalau akhir pekan, tiap hari juga ada saja yang berkunjunng, mungkin karena jalannya udah bagus," ungkap Empat Fatimah, Warga Sinagar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun