Hujan yang mengguyur bumi Priangan Timur, di kampung aku tinggal kini sejak bulan-bulan berberan tahun lalu, koq sering kali membuat hati agak gelisah, entahlah kenapa, padahal WFH juga cukup menyita pikiran, koq masih sempat-sempatnya diri ini tak punya integritas, raga di sini pikiran di sono.Â
Apa karena efek jomlo sejak lima tahun terakhir ini ataukah saya termasuk yang terobsesi pada hujan juga seperti puisi-puisi para penyair yang sering mencipta kata indah tentang tetesan air yang jauh dari langit, kesenangan saya mendengarkan lagu Desember yang di-compose oleh Efek Rumah Kaca membuat perasaan semakin teriris-iris, mirip bawang kali.
Di bulan Desember koq banyak rindu? Lamunan saat intensitas hujan sedang tinggi-tingginya meninggikan rasa kangen hingga di level dewa seblak pedas, pikiran melayang rindu kawan-kawan seangkatan dari era 80an-90an, rindu mendiang yang menitipkan tiga anak padaku, rindu  pada kota kecil yang bernama Cibadak, Kabupaten Sukabumi.
Rindu jalan kereta api dan stasiun, Telkom, kantor pos, Labora dan Bojong! Ingat kala hujan ingat saat gerimis, udara basah dan dingin yang tak menyurutkan langkah para peserta Najor City Music Festival ketika hadir di Lapangan Bola Volley Pasko, Stasiun Kereta api Cibadak.
Rindu pada pemandangan band-band peserta yang rata-rata datang menenteng  guitar electric  bersiap-siap tampil yang datang dari berbagai daerah.Â
Rindu pada langkah bermusik kawan-kawan yang mempersiapkan selama berbulan-bulan dan akhirnya terselenggara acara kerja sama para musisi di Kabupaten sukabumi yang waktu itu berhasil mengumpulkan puluhan peserta yang dilanjutkan dengan spesial performance dari band-band Sukabumi yang sudah lama dikenal seperti Rock N Doll, Sweet Mother God, Mighty Finger dan Flat Earth Theory.
Ingat obrolan itu, "Awalnya Bolonk juga mau tampil, tapi salah satu personil berhalangan, terus Angel Of The Death batal tampil karena waktunya mepet benturan sama jadwal konser yang lain, apalagi ini akhir pekan Sukabumi nyaho sorangan macetna jiga kumaha, nya bray?" Kata teman. Ya, kataku! Cibadak Sukabumi memang punya wahana wisata baru yang bernama kemacetan, wisata reliji mengajarkan kita harus banyak sabar dan ikhlas akibat kemacetan yang sulit teratasi.
Gaung musik khususnya underground di Cibadak cukup lama tak terdengar semenjak Tragedi rusuh penonton Beside di Gedung AACC (Asia Afrika Convention Centre) Jalan Braga Bandung tempat dimana launching album perdana band metal asal kota kembang Beside digelar pada tahun 2008.
"Ya, imbasnya juga kerasa ke kita di Sukabumi, even musik lambat laun meredup, perijinan susah, pokoknya rada kesulitan lah untuk menyelenggarakan even musik out door seperti ini, secara pribadi saya ingin  kembali  menggairahkan musik di Cibadak, ngasih kesempatan untuk memperlihatkan sisi musikalitas musisi-musisi lokal Sukabumi lagi dengan adanya NCMF ini, dulu studio banyak sekali di Cibadak, anak-anak band berlatih hampir tiap jam ada terus, sekarang rental music studio banyak yang bangkrut juga kan? akhirnya pada males, even musik hilang" Terang Aries Budiman, Drummer Garasi yang sepak terjangnya di musik bisa saya saksikan sejak ia masih duduk di bangku SMP.
Sukabumi sendiri cukup banyak melahirkan orang-orang yang sukses berkarir di Industri kreatif. Dan di musik sendiri  di kota ini punya mata rantai panjang sehingga orang-orang ada di lingkaran ini bisa menghasilkan karya dan saling menghidupi, ada rental panggung, rental sound system, transportasi dan lain-lain yang akhirnya dapat penghasilan. Q-noi Studio, Bill, Kartika, Point, Gudang, Boys Studio dan lain sebagainya adalah beberapa diantaranya sederet rental musik di daerah ini.
Seingat saya, dulu juga tercatat nama-nama seperti NoBra, Sugriwa, Nata de Coco, Hell King, Darkness, Leeming, Vagetoz dan lain-lain yang aktif bermusik, nama-nama ini cukup besar lah, banyak dikenal, bahkan secara personal mereka juga ada yang sukses berkarir secara nasional.