Apakah anda sering mendengarkan radio, terutama radio-radio yang berada di wilayah Jawa Barat?
Radio-radio yang dimaksud adalah radio yang memiliki format multisegmen, positioning-nya Semua Ada Di sini yang memiliki varian acara cenderung gado-gado; memutar lagu-lagu dangdut,pop, barat, etnik musik, request season lengkap dengan kirim-kirim salam, punya program wayang golek,jaipongan dan dongeng Sunda.
Soal yang terakhir tadi, Dongeng Sunda, ia pernah berjaya pada masa keemasan radio-radio di Indonesia, khususnya di Jawa Barat antara pertengahan tahun 1970-an hingga awal 2000-an, di era ini dongeng Sunda cukup mendapat tempat di hati masyarakat pecinta seni tradisional, selain sebagai cerita yang menghibur, didalamnya terkandung pesan moral, nilai-nilai kearifan tradisional, tokoh fiktif semacam "Super Hero" yang bias jadi panutan. Dan tak jarang dalam dongeng Sunda secara deskriptif menjelaskan bahwa kejahatan lambat laun akan kalah oleh kebaikan.
Salah seorang pendengar dongeng Sunda yang berdomisili di Gang Tholib,Cibadak mengatakan bahwa dongeng Sunda tidak melulu bercerita, tetapi banyak hal positif yang disampaikan layaknya sebuah media untuk memahami bahasa Sunda, menemukan kosa kata baru yang sebelumnya tidak ia ketahui,rangkaian kalimat dalam bahasa Sundapun kaya akan unsur artistiknya.
"Jadi bagi saya sendiri, (dongeng Sunda) merupakan sebuah hiburan sekaligus pengetahuan. Pendongeng seperti Mang Dina asset daerah lho, bahkan asset bangsa yang harus diperhatikan. Menurutku, beliau seharusnya mendapatkan apresiasi dalam mempertahankan seni Sunda, dari berbagai pihak terutama instansi-instansi yang terkait seni dan budaya lah." Yulia berpendapat.
Saat saya menyambangi kediamannya di Cipelang Leutik, nampaknya, usia diatas 60-an tahun tak menjadikan Mang Dina kehilangan energi, badannya masih tegap dan awet muda, sama seperti ketika penulis bertemu dengannya belasan tahun yang lalu, ia masih terlihat aktif dengan berbagai kesibukannya, diantaranya mendongeng dan mendatangi undangan ceramah keagamaan di berbagai tempat.
"Dalam dongeng Sunda itu, walaupun cuma karangan ada pilosopi hidup, ada proses penyampaian pesan moral ke pendengar, ada unsur kepahlawanan yang ki leuksa atau K.Sukarna (pengarang cerita) sisipkan, sok geura emut-emut masih inget teu carita Bah Lemud, Si Ronyok, Si Riweuh?" Jelas Mang Dina Mara sambil bertanya.
"Kebetulan hari ini sedang tidak ada jadwal jadi khotib, jadi santai saja sampai menjelang Jumatan kita ngobrol-ngobrol, tapi! pendengar carita sunda di jaman sekarang sudah banyak berkurang, apa lagi hanya berada di tataran daerah, sulit berkembang" Mang Dina melanjutkan obrolan bersahajanya dengan santai.
Ia menuturkan bahwa kemajuan jaman dan kemajuan teknologi telah menyita perhatian masyarakat misalnya infiltrasi TV mampu mengalihkan pandangan kita dari sedang membaca buku beralih ke berita infotainment, tayangan TV yang beragam pun secara visual dianggap lebih menarik perhatian.
Mang Dina menekuni profesinya sebagai pendongeng semenjak Juli 1976 "Sebetulnya saya berangkat dari profesi penyiar, kalau dulu saya penyiar juga, mendongeng juga, tapi kan sekarang harus bagi-bagi jatah biar yang lain kebagian" Seloroh Mang Dina, ia mengatakan ada tanggung jawab moral dalam upaya melestarikan bahasa Sunda yang kini mulai jarang digunakan oleh sebagian masyarakat Sunda itu sendiri, bahkan Mang Dina berharap ada regenerasi yang bisa melanjutkan keberadaan para pendongeng Sunda yang kini jumlahnya bisa dihitung.