Keseriusan akademisi dan masyarakat desa hutan di Kecamatan Sukaratu bersama pegiat kopi dalam rangka penguatan strategi pengembangan usaha kopi dan pariwisata di Pasirhaur dan Pasirlandak, Ciakar Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya terus dilakukan.Â
Harapannya seperti yang terangkum dalam kegiatan forum discussion beberapa waktu lampau bisa terlaksana, yakni terkait dengan rencana pengembangan wisata berbasis kopi di kawasan Galunggung yang terintegrasi dengan berbagai sektor bisa terealisasi dan memberi dampak positif bagi masyarakat.
Sejumlah akademisi dari Universitas Siliwangi Tasikmalaya yakni Drs. Dedi Nurjamil, M.Pd., Dr. H. Gumilar Mulya, M.Pd., H. Asep Saepulloh, M.Ag. dan Resti Agustryani, M.Pd. menyambangi Kampung Ciakar Tiga, untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat pada Jumat (13/11/20).
Dalam pengabdian masyarakat dengan skema ketahanan pangan ini, para akademisi menghibahkan sejumlah alat pengolahan kopi berupa grinder, mesin roasting, coffee maker, rokpresso, alat gramasi hingga v60 dan lainnya, dimana alat-alat tersebut diharapkan bisa dipergunakan dan dikelola secara swadaya oleh masyarakat setempat untuk menjadi daya dorong dalam meningkatkan nilai jual kopi serta pendapatan para petani di daerah setempat.
"Saya sangat berterimakasih kepada Bapak Dedi Nurjamil yang sudah bersedia menyelenggarakan edukasi dan pemahaman tentang pengolahan kopi yang baik, dan juga memberikan hibah peralatan pengolahan kopi untuk para petani kopi di Kampung Ciakar tiga ini." Ungkap Tatang Haeruman, Ketua LMDH Galunggung Bakti Ciakar.
Selain berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang seluk beluk kopi kepada sejumlah petani kopi yang hadir dalam kesempatan tersebut, Ia pun tak segan menyajikan kopi dengan berbagai teknik penyajian, sekaligus memperkenalkan cara penggunaan rokpresso yang baik agar menghasilkan jenis minuman espresso dengan metode manual.
"Kopi punya daya tarik luar biasa, saya bermimpi masyarakat di sini bisa seperti di Aceh yang support akan produk lokalnya, misalnya kopi Gayo. Sepengetahuan saya saat berkunjung ke Aceh, budaya ngopi di sana sangat bagus, dan itu baik untuk kemajuan ekonomi masayarakat setempat, karena mereka mendorong konsumsi kopi lokal mereka sendiri dengan budaya ngopi yang intens," jelas Danang.
"Secara tempat, kan Ciakar Tiga ini sudah memenuhi syarat, seperti lokasi penanaman kopi diatas ketinggian yang dibutuhkan, kemudian berkembang menjadi objek wisata yang ada kebun kopinya, lahan untuk berkemah, sudah cukup ramai, terutama di akhir pekan dan hari libur, ini potensi pasar!" ungkap Dedi Nurjamil.Â
"Dan kami berharap melalui kegiatan ini ketahanan pangan bisa dicapai, melalui pengolahan kopi yang berkualitas kan nilai jual naik, ada income masuk dan roda ekonomi berputar di sini, hal-hal yang dibicarakan dalam diskusi tadi semoga dapat diterapkan oleh para petani kopi di Kampung Ciakar tiga ini," imbuhnya.