Hari-hari tak lagi sama, tidak seperti Ramadhan tahun lalu yang bisa berkumpul, berbuka puasa dan bersantap sahur bersama keluarga tak bisa dirasakan oleh pria  yang berdomisili di wilayah Kabupaten Bandung.Â
Iwan, bukan nama sebenarnya, sebut saja namanya begitu, ia dinyatakan positif terjangkit Covid-19 setelah rapid test dilakukan pada dirinya pekan lalu.
"Awalnya, saya cukup shock dan tidak percaya dengan hasil test, tapi ini nyata dan saya tidak sedang bermimpi," ungkap Iwan ketika dihubungi lewat selular phone (1/5).
Lelaki kelahiran tahun 1974 ini menjelaskan selama sebulan terakhir dirinya disibukan dengan status desa siaga di desanya, salah satunya adalah mengantar jemput pasien dari dan ke rumah sakit dengan menggunakan ambulans, ia menyebut mobilitasnya ini menjadi penyebab dirinya terpapar wabah yang sangat dikhawatirkan di masa pandemic ini.
"Saya sempat stress, tapi bukan karena kelamaan merenungi mengapa saya terjangkit," kata dia,"Tapi, karena waktu ketahuan positif saya dikurung di dalam mobil tanpa sirkulasi udara yang memadai, AC mobil tak boleh dinyalakan, jendela pintu ditutup, bisa Anda bayangkan panasnya seperti apa? Dan akhirnya saya diantar pulang didampingi oleh petugas dengan menggunakan APD lengkap," sambung dia, ikhwal dirinya ditangani.
Iwan pun tak tahu instruksi dari mana yang membuat ia mendapat penanganan dengan protokol seperti itu, padahal menurut dokter yang menanganinya, seharusnya sirkulasi udara bagi pasien covid-19 harus sangat baik dan membutuhkan udara yang leluasa.
"Entahlah, mungkin hanya berdasar pada dugaan dan ketakutan  secara personal saja," kilahnya, ia pun berharap tak ada kejadian serupa di kemudian hari seandainya ada kasus covid baru terjadi.
Kesedihan tak nampak dari cara ia bicara dan tak ada kesan rasa takut yang berlebihan bahkan Iwan menampakan ketegaran, kesabaran dan optimisme.
"Saya tak merasakan keluhan apa-apa, fisik dan mental saya baik-baik saja, saya serahkan saja sama Allah Shubhanu Wata'ala yang berkehendak bahwa ini sudah nasib saya, in syaa Allah saya akan sembuh dan corona menghilang dari badan saya," kata dia.
Iwan menyadari bahwa virus yang menjangkitinya tak bisa dilawan dengan pikiran yang crowded yang akan melemahkan sistem kekebalan tubuhnya, untuk itulah ia berpikir easy going meski hari-harinya harus diisolasi dan berkawan dengan wabah yang semua orang takutkan.
Yang ia khawatirkan kondisi anak istrinya, "takutya mereka terjangkit," kata dia, tetapi kemudian diketahui hanya dirinya saja yang terpapar setelah test yang sama dilakukan pada keluarganya.