"Untuk ketiga proyeksi tadi ada keterlibatan Kang Wawan, sebetulnya bukan cuma mahasiswa pertanian saja yang kemarin hadir, ada sekitar lima belas orang dari Unsil, tigapuluh petani dari dua desa, Bolang dan KutaAgung," tegas Eko.
Jika langkah Himada memperkenalkan pupuk organik ini berhasil diterima oleh para petani di dua desa itu, secara umum di Kecamatan Dayeuhluhur, maka gerakan pupuk organik desa akan segera dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia dalam mengolah lahan pertanian.
"Maklum orang desa mah, teu langsung percaya. Rek diujicoba dulu kana komoditas sayuran, nah jika ini berhasil. Baru ada gerakan bersama" pungkas Eko.
Ada banyak alasan, pupuk kimia harus dihindari untuk produktivitas pertanian, selain mengganggu unsur hara tanah yang dibutuhkan tanaman, jika dilakukan secara berlebihan, penggunaan pupuk kimia bisa menimbulkan dampak yang justru merusak kesuburan tanah itu sendiri, cacing tanah mati! padahal jika tanah masih banyak terdapat cacing adalah satu indikasi tanah tersebut masih subur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H