Jalanan Cisinga yang biasa disebut JB Â singkatan dari jalan baru yang menghubungkan Ciawi dan Singaparna tiba-tiba ramai dengan mobil dan sepeda motor yang terparkir di pinggiran jalan, pada Rabu siang (18/9).
Di tengah pesawahan yang biasanya lenggang, siang itu matahari sedang terik-teriknya, panas memanggang kulit, sementara sama sekali tak ada tanda-tanda hujan akan segera turun.
"Petani mah, musim apa pun tetap harus nanam," ungkap salah seorang anggota kelompok tani, dimana dirinya memiliki anggapan yang sama dengan penuturan kepala dinas pertanian bahwa percepatan olah tanah dan tanam padi di musim kemarau pada awalnya dianggap mustahil dilakukan oleh petani yang mengandalkan tadah hujan.
"Beruntung sebagian lahan di sini (sekitar Galunggung) masih ada yang basah, jadi kadang-kadang mah kabagian keneh air meski air dari hulu kalau lagi ada pun kadang tak sampai ke hilir," ungkap dia.
"Sudah pasti karena dorongan kebutuhan hidup, akhirnya menjadikan petani di Kabupaten Tasikmalaya punya inisiatif sendiri, contohnya petani di Cikalong, mereka menanam semangka di musim kemarau ini dengan berbagai analisa agar menguntungkan" jelasnya
Gerakan percepatan olah tanah dan percepatan tanam memanfaatkan aliran sungai, memanfaatkan mesin pompa dan pembangunan sarana air bersih melaui pipanisasi untuk mengairi pesawahan di wilayah administrasi Kecamatan Sukaratu.
"Tugas kita semua mengentaskan kemiskinan. Intina mah asal aya kadaek ulah riweuh, insya Allah nanti kita akan banyak berkomunikasi dengan petani," Terang Heri
"Muhun, betul! Saya kira ini seremonial saja, simbolis! Pada prakteknya nanti di masing-masing kecamatan biasanya para petugas pertanian lapangan yang kerja nguprak-nguprak patani sina buru-buru nyarawah," ungkap Asep Abdurrahman, petani (58)