Mohon tunggu...
Danang Hamid
Danang Hamid Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance, father of three and coffee

Voice Over Indonesia Talent, Radio, Father of three and Black coffee

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Macetnya Jalan Raya, Memacetkan Arus Wisatawan

9 Desember 2016   08:45 Diperbarui: 9 Desember 2016   10:06 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Kemacetan yang terjadi di jalur Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) berdampak pada menurunnya kunjungan wisata ke Kabupaten Sukabumi, padahal Kabupaten sukabumi memiliki sejumlah kawasan wisata yang mempesona seperti kawasan Bumi Perkemahan Pondok Halimun, Kabupaten Sukabumi yang bisa diandalkan  sebagai roda penggerak perekonomian masyarakat setempat."Dulu ramai kang, ini karena macet, banyak pabrik, kendaraan banyak, jalan sempit dan kalau akang dulu sering berkunjung kesini pasti tahu, malam-malam sekalipun banyak orang yang datang untuk sekedar menikmati dinginnya PH sambil ngopi dan makan jagung bakar, seingat saya sekitar tahun 2004-an lah.” Ungkap Adin Nurhadi (42) yang sehari-harinya bertugas sebagai Koordinator penjaga bumi perkemahan di kawasan Pondok Halimun.

Hal senada dikatakan rekannya Yanto dan Yeyen bahwa pengunjung Pondok Halimun kini menurun drastis, rata-rata kendaraan yang datang hanya berkisar di angka belasan  pada akhir pekan. “Kalaupun ada yang datang kayak sekarang, hanya rombongan keluarga, rombongan bis malah nggak ada. Penyebab utamanya ya dari sana, macet!” Imbuh Yanto.

Pengamatan saya pada Minggu pertengahan November lalu, Kawasan Wisata Pondok Halimun terlihat sangat sepi, hanya tampak beberapa orang yang tengah menikmati jagung bakar di kios-kios yang berjejer di kawasan ini, sementara gerombolan orang yang terdiri dari empat, lima dan tiga orang wisatawan tengah menikmati waktu luangnya di hulu sungai Cipelang yang airnya jernih di kawasan Pondok Halimun.

Kania, karyawati Musica Studio, salah seorang yang dijumpai SukabumiUpdate.com wisatawan dari Jakarta ini mengatakan hal serupa. “Sekarang sepi mas, tapi buat saya sih enak banget jauh dari hiruk pikuk kota Jakarta, cuman perasaan sekarang kayak nggak luas gitu, saya tahu lah, kan masa kecil saya tinggal di Sukabumi.” Terang Kania, yang mengaku datang ke Pondok Halimun sekedar mampir setelah acara keluarga yang ia hadiri bersama keluarganya.

Angga, warga Sudajaya Girang yang membuka kios pakaian dan tas beserta pernak-pernik pakaian Sunda seperti pangsi, iket, suling dan lain-lain menegaskan sejak dirinya membuka kios dua bulan lalu, usahanya belum menampakan perubahan yang signifikan.”Mungkin masih baru, tapi setiap harinya memang sepi, saya sih berharap kemacetan itu yang jadi biang keladinya bisa segera diatasi.” Ucap Angga.

Kabupaten Sukabumi merupakan daerah terluas kedua di Pulau Jawa, setelah Kabupaten Banyuwangi di Provinsi Jawa Timur. Dengan luas 4.146 km², kabupaten ini memiliki beragam potensi pariwisata sangat lengkap, dari mulai gunung, rimba, laut, pantai, dan sungai. Potensi itu, belum termasuk wisata rohani, budaya, dan agrowisata. Padahal, Pantai Palabuanratu, Geopark Ciletuh, Goa Buniayu, Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar, Pondok Halimun, Situ Gunung, dan puluhan curug (air terjun-red), dan lainnya, layak menjadi andalan sektor pariwisata. Semua potensi sektor pariwisata tersebut, seharusnya menjadi andalan untuk mensejahterakan warganya. Ironisnya, Februari silam, Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi justru menempatkan Sukabumi dan Garut di Jawa Barat, di antara 122 kabupaten yang masih terdapat desa tertinggal di Indonesia. (rujukan: Wawancara)

Mudahnya kepemilikan kendaraan bermotor juga menjadi salah satu penyebab terjadinya kemacetan, gejala bottle neck dimana-mana diperparah oleh perilaku berkendaran yang kurang baik, trotoar yang beralih fungsi menjadi lapak pedagang. Namun jika tol Bocimi selesai sesuai target, banyak pihak optimis keumacetan dapat diurai, tapi apakah yang akan terjadi jika populasi kendaraan tidak terbendung dan suatu saat populasinya melebihi jumlah manusia?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun