Luar biasa luas lahan ini, terlihat kosong melompong seperti gurun, kering kerontang dan kontradiktif dengan kondisi sebelum kami melewati batas TNTN. Tak lama menunggu dibawah gundukan kayu-kayu akasia setinggi 3 meter, koordinator tim ekspedisi meminta mobil jemputan untuk sampai ke pos pengelolaan TNTN seksi dua Basrah, 2 mobil Kabin dikerahkan untuk menjemput kami, jarak yang ditempuh lebih kurang 30 KM, sesampainya di Kantor Seksi 2 kami disambut dengan gembira dan ramah oleh Delfi, kepala Balai SPTN Basrah.
Salah satu anggota tim segera mencari saluran national geographic, sambil beristirahat mereka menikmati tayangannya sesekali berkomentar dan menyambung-nyambungkan pengalaman, sementara  yang lain menyiapkan makan siang, Hutomo Kasubag tata usaha Balai TNTN datang membawa aneka buah-buahan, lama tak bertemu buah sebab di hutan belum musimnya, dalam sekejap dukuh, salak dan jeruk habis disantap oleh anggota tim ekspedisi 13. Berakhirkah perjalanan? belum, perjalanan masih panjang  untuk sampai ke Pekanbaru, terlebih menceritakan kesedihan hutan dan kehidupan aneka satwa  yang ada didalamnya, Hutan itu benar-benar porak poranda dan eksistensinya hingga kini tetap terancam, namun paling tidak bahwa dengan kehadiran ekspedisi ini baik TNI, Balai TNTN, WWF, Green Radio dan anggota masyarakat adalah penampakan diri bahwa ada pihak-pihak yang ikut hadir termasuk negara turut mengupayakan kelestarian salah satu hutan dataran rendah yang  tersisa di pulau Sumatera.
(Kembali ke Pekanbaru dengan pemandangan kebun Sawit di wilayah Ukui)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H