"apalah a yang kami ambil dari hutan? kemarin saya sempat sedih dan was-was ada kayu yang sudah jadi mau dimusnahkan, tapi untungnya nggak jadi, saya tahu siapa yang mengolah, tapi berapalah ia mengambil hasil hutan ini? satu pohon saja yang kecil itu ndak bakal habis satu hari mereka kerjakan, beda halnya dengan orang-orang yang merambah hutan, meluaskan lahan dan membakarnya gede-gedean, aa lihat sendiri berapa ratus hektar tumbangan kemarin tuh? sebagian malah sudah siap ditanami, untuk kami punya satu hektar saja cukup kalo cuma memenuhi kebutuhan perut, sayangnya kami tak punya. masyarakat tahulah tuh siapa yang bermain." Cerita rudi masih panjang saya merasakan nelangsa itu.
Dari Camp upal kami terjaga dengan riuh rendahnya suara-suara aktifitas binatang hutan di pagi hari terutama burung dan jenis primata, langkah-langkah kaki kembali menembus hutan belantara, hari ini merupakan hari ketujuh dan saya tak mengira perjalanan yang ditempuh begitu jauh, berkelok, berliku, pendakian  lebih banyak melewati bukit di dalam hutan tertutup, rawa-rawa yang berpacet dan penuh lintah, air hujan terhalang oleh pepohonan, udara yang lembab dan hampir kehabisan tenaga, sehingga pacet yang menyedot darah di perut saya sama sekali tak terasa karena hanya fokus terhadap medan yang sulit, turbelensi menguat lagi.
Diantara pohon-pohon yang tinggi menjulang, rotan dan jenis-jenis tumbuhan yang tidak saya kenali, tebing curam mau tidak mau harus dilalui, badan yang basah dengan keringat, nafas yang harus diatur, kaki yang terasa pegal dan dehidrasi adalah sumber halusinasi. Tiba-tiba saya merasa ada kehadiran orang lain dalam ekspedisi ini, di hutan manapun sering dijumpai cerita mistis, termasuk di Taman Nasional Tesso Nilo, konon menurut seorang warga yang bernama Saum, 50 tahun yang tengah mengambil rotan sekaligus memancing bersama dua anaknya yang masih remaja di pinggiran sungai Nilo, selama 2 setengah tahun ia memanfaatkan rotan untuk pengikat bubu, katanya di TNTN terdapat air terjun yang sangat cantik, yang letaknya di daerah Bukit Tiga dimana terdapat pemakaman entah makam siapa, mungkin kuburan nenek moyang mereka, Saum pernah sampai ke air terjun itu secara kebetulan, tetapi lokasi yang ia sebut bukan jalur lurus yang harus kami lewati dari sisi utara TNTN hingga ke Selatan.
Rupanya perjalanan di hari ketujuh tercatat menempuh 13-14 kilo meter menurut hitungan untuk sampai ke Camp terakhir yang hampir berbatasan dengan HTI Putri Lindung Bulan, dengan jalan yang mulus  jarak 13 km relatif dekat, terlebih jika melihatnya hanya di peta, namun menyusuri hutan belantara jelas berbeda.
(Jejak Gajah di Pinggir Sungai Nilo)
Camp terakhir ini kami beri nama camp limbad, tenda didirikan persis ditepi sungai yang belum ada namanya, Limbad adalah jenis Head snake fish, menurut pendapat saya sebetulnya lebih mirip lele, di sungai kecil ini Limbad berhasil ditangkap walau hanya tiga ekor tapi cukup besar dan lumayan juga untuk menambah lauk saat makan malam berhubung perbekalan lauk pauk sudah mulai menipis, Rudi memasaknya dengan bumbu asam padeh atau asam pedas, rasa asam dalam masakan tersebut didapat dari pepohonan hutan yang disebut asam gelugur. Tapi saya tak sempat mencobanya, selera makan saya hilang dikalahkan rasa ingin ngopi dan menghabiskan satu batang kretek saja.
Aktifitas pagi pada esok harinya berjalan normal, semua berkemas dan Ainun didaulat memimpin doa, ritual setiap akan berangkat melanjutkan perjalanan.
"mari kita berdoa menurut agama dan kepercayaan kita masing-masing agar perjalanan ini lancar, tak menemui hambatan yang berarti dan semua anggota tim selamat sampai tujuan, berdoa mulai!"
Perjalanan yang ditempuh tidak terlalu lama, kami hanya sekira 1,5 Kilometer saja keluar dari hutan TNTN di hari ke-8 minus saat memulai packaging logistik di Elephant Flying Squad TNTN Lubuk Kembang Bunga, setelah melalui batas TNTN terlihatlah alam yang terbuka antara langit dan tanah seperti tak ada penghalang, gundukan pohon-pohon akasia sedang dirapikan oleh alat-alat berat dan diangkut keluar HTI Putri Lindung Bulan kemudian akan diolah menjadi kertas  dan beredar di kota-kota besar.