Minggu,20 Maret 2016 saya berkesempatan untukwawancaralangsung melalui whatsapp dengan Helda Kasmi tentang pergerakan perempuan-perempuan Grass Root di Pertemuan ke-2 Perempuan Sedunia, berikut tulisan hasil wawancara saya dengan Helda Kasmi.
World confrence 2, World Confrence of Grass root WomenÂ
Perempuan sedunia yang bekerja di akar rumput menyelenggarakan konferensi setiap lima tahun sekali, konferensi pertama berhasil diselenggrakan di Venezulela. Dan konferensi perempuan sedunia yang kedua kali ini dilaksanakan pada 13-18 Maret 2016 bertempat di Nepal Academy Hall, Kamalahadi Kathmandu, Nepal.
World confrence 2, World Confrence of Grass root Women  menyatukan perempuan yang berada di akar rumput dari berbagai negara untuk ambil bagian dalam persoalan-persoalan dunia khususnya yang menyangkut masalah perempuan seperti korban perang di Syria, perburuhan di berbagai negara, eksploitasi perempuan, perkosaan dan kekerasan terhadap perempuan serta penguatan sumber daya perempuan di negara-negara miskin dan berkembang, diantaranya melalui kegiatan workshop, kampanye dan diskusi persoalan lingkungan hidup.
[caption caption="Menolak agresi dan perang"][/caption]
Helda Kasmi dari Seruni atau Serikat Perempuan Riau, Ketua Lembaga Rumpun Perempuan dan Anak (Rupari) termasuk yang punya kesempatan untuk ambil bagian dalam konferensi perempuan  akar rumput ini.
"Akar rumput ini maksudnya terlibat langsung dengan massa perempuan, lebih kurang 40 negara, masing-masing negara ada 77 orang, sementara yang terlibat dalam semua proses acara ada lebih kurang sekitar 1300 Â perempuan dari berbagai negara."
Helda merasa sangat excited dan mendapatkan banyak pengalaman berharga dalam pertemuan ini
"Mengapa saya katakan merasa sangat excited  dan  penuh dengan pengalaman, karena masing-masing perempuan dari masing-masing negara itu menyampaikan kondisinya dimana di hari keempat dan kelima itu general assembly, pemaparan bagaimana kondisi perempuan di masing-masing negara, kemudian di hari terakhir general assembly yang membahas resolusi-resolusi khusus"
[caption caption="Sumber Photo spesial"]
Dari hasil pertemuan di konferensi ini, Helda memberikan gambaran secara umum  kondisi-kondisi perempuan di berbagai benua tidak jauh berbeda dengan kondisi para perempuan di Indonesia baik dari persoalan diskriminasi, kondisi sosial dan ketidak-adilan terhadap perempuan, misalnya di Kathmandu banyak dijumpai perempuan yang hidup dalam kemiskinan dengan kondisi lingkungan hidup yang sangat tidak baik terlihat dari rumah-rumah yang sempit, tanpa ada fasilitas hidup yang memadai, perempuan-perempuan di Kathmandu hanya mengandalkan penghasilan dari layanan pariwisata, dimana Nepal banyak didatangi wisatawan asing berkulit putih yang transit menuju pegunungan Himalaya sebagai destinasi wisata.