Mohon tunggu...
Agustinus Danang Setyawan
Agustinus Danang Setyawan Mohon Tunggu... Guru - Guru

Wulangen lakumu, lakoni piwulangmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Panggilan Hidup Guru: Anti Hoaks Sang Pendidik

8 November 2017   08:32 Diperbarui: 8 November 2017   09:45 1403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Praksis dalam Dunia Pendidikan

Suatu ketika seorang murid pernah bertanya kepada saya mengapa selama pelajaran tadi saya begitu gampang marah, tidak seperti biasanya. Saya terdiam sejenak; pikiran mengarah kepada kejadian di rumah, di pagi harinya. Saya berangkat kerja dengan penuh emosi karana ada permasalahan di keluarga. Emosi itu terbawa dari rumah sampai di kelas. Memang, mengajar dengan cara seperti ini sungguh tidak nyaman. Saya tak bisa menikmati hidup saya. Begitupun murid-murid saya. Dalam keadaan seperti itu, saya tak mampu mengaktualkan diri saya sepenuhnya. Itulah saat di mana kehadiran saya tak lagi menjadi berkah bagi mereka. Proses refleksilah yang akhirnya memurnikan motivasi saya menjadi seorang guru.  

Guru memiliki cara dan media komunikasi tertentu pada saat berelasi. Mengajar dengan kedalaman pribadi berarti membagikan kepada para murid segala jerih payah hidupnya, nilai-nilai kebenaran iman, dan bagaimana ia memperjuangkannya. Dengan demikian, ajaran dan teladan hidup guru akan bisa menggugah motivasi perjuangan hidup para murid serta rekan-rekan seprofesi.

Sesungguhnya, tidak ada materi pembelajaran yang lebih dahsyat pengaruhnya kepada para murid dibandingkan teladan hidup dan perjuangan hidup guru sendiri. Pada hakikatnya, menjadi guru adalah mengajarkan tentang nilai hidup guru kepada para murid. Benarlah falsafah Jawa tentang Guru: Digugu lan Ditiru.  Artinya, digugu pengajarannya; ditiru keteladanan hidupnya. We teach who we are, and we teach from within(Palmer, 1998:1). Tanpa itu, semua hal yang guru lakukan hanyalah hoax belaka.

 

Daftar Pustaka:

Dister, Nico Syukur, Dr. Filsafat Kebebasan. Yogyakarta:Kanisius, 1993

Palmer, Parker J.The Courage to Teach: Exploring the Inner Landscape of a Teacher's Life. San Francisco: Jossey-Bass Publisher, 1998

Sufiyanta, A.Mintara, SJ, dan Yulia Sri Pihartini, S.Pd. Sang Guru Sang Peziarah. Jakarta: Obor, 2011

https://kbbi.web.id/integritashttps://id.m.wikipedia.org/wiki/Psikologi_kognitif

[1] Suatu cara kesadaran yang sedemikian rupa sehingga manusia, untuk menyadari dirinya sendiri, harus keluar dari dirinya sendiri dan mengarahkan diri kepada yang berlainan dengan kesadaran. Demi hakikatnya, manusia bersifat terbuka untuk yang lain: sesama ataupun dunia. Lihat: Dr. Nico Syukur Dister, OFM, Filsafat Kebebasan (Yogyakarta: Kanisius, 1993) hal.151.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun