Mohon tunggu...
Jawara Dan
Jawara Dan Mohon Tunggu... -

baru nongol lagi,

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Curhatnya Seorang Pecundang

22 September 2010   15:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:03 1090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Dikala orang-orang sedang berlomba-lomba menuju kesuksesannya aku malah menjadi seorang pecundang yang mengotori mimpi-mimpiku. Ku tak berdaya dengan perubahan dalam sikapku yang semakin hari semakin menjijikan. Tak ayal rasa kepercayaan terhadap diri sendiri pun sirna secara perlahan, tak ada harapan yang bisa menjadikan aku seperti dulu lagi. Aku tak mengerti begitu sulit lagi untuk bangkit kembali, untuk dapat menikmati hari-hari penuh dengan semangat dan harapan yang tinggi. Kini mimpi-mimpi itu pudar dengan sepudar-pudarnya.Hanya sekedar mimpi disiang bolong sebatas hayalan dan imajinasi saja. Waktuku kuhamburkan dengan sia-sia serasa tak ada harganya, tanpa makna, tak ber-arti dan tidak ada ruh dalam menjalani kehidupan ini. Harta orangtua pun perlahan ku habiskan tanpa ada hasil dan tak bersisa sedikitpun, hilang begitu saja digunakan untuk memuaskan hasratku. Kawan terbaikuku pun menjauh terlepas dari sikap angkuhku, melupakan segala kenangan bersama yang pernah kita alami. Kekasihku meninggalkanku tanpa kabar darinya dan orangtuaku hanya bisa menunduk pasrah menahan rasa kekecewaan terhadapku.

Aku bagaikan mayat hidup yang berjalan menelusuri lika-liku kehidupan tanpa tujuan, tanpa makna tanpa harapan hanya dengan raga aku hidup. Seribu penyesalan menikam perasaanku secara bertubi-tubi, mengubur dalam-dalam harapan sehingga aku lupa caranya untuk bangkit kembali. Aku seperti orang buta bahkan lebih dari itu karena indera penglihatanku sedikit menyaring apa yang ku tatap, aku tuli karena jarang sekali nasihat kudengar, ku hiraukan begitu saja, aku bisu karena lidahku tak bertulang, kata-kata yang keluar sering menyakitkan perasaan orang yang aku ajak bicara tanpa dipikir dulu, aku lumpuh karena ku tak sanggup mengarahkan langkahku untuk kebaikan. Lambungku ku manjakan dengan nafsu, akalku tak jernih penuh dengan kekuasaan, kekejaman dan panjang angan-angan, perangaiku semakin egois dan berlapis kesombongan. Hidupku sekarang dipenuhi dengan rasa bersalah, penyesalan, banyak alasan dan keluhan. Aku butuh perhatian, aku butuh dukungan, aku butuh kesempatan, aku butuh keadilan dan pengakuan, aku hanyalah seorang manusia biasa yang masih membutuhkan hak untuk dihormati sebagai manusia walau dalam keadaan hina seperti ini. Dan kalian juga sama seperti aku hanya seorang manusia biasa yang tak sepantasnya merasa lebih baik.

Terserah kalian menganggapku apa karena aku masih tuli, namun ada sebuah permintaan dan pesan dariku “Ya Tuhan ampunilah aku, berikan satu kesempatan untuk berbuat sesuatu yang lebih berharga dan bermakna walaupun aku tak sebaik dan sehebat sebelumnya, bagiku jadi orang biasa sudah cukup walaupun diluar sana banyak orang yang menghinaku”….pesanku untuk sesama pecundang, tak ada tempat untuk kita dalam kehidupan yang sudah indah ini.

*Terinspirasi dari berbagai sumber

Salam penulis

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun