Mohon tunggu...
Jawara Dan
Jawara Dan Mohon Tunggu... -

baru nongol lagi,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Letakan Islam Dihatimu Bukan di KTP

16 Juli 2010   16:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:49 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejenak kita mereview kembali perjalanan hidup kita untuk mengetahui kebenaran yang selama ini kita lupakan. Teringat pada seorang gadis muda cantik yang belum lama dan baru saja dipinang oleh seorang pemuda tampan yang bertanggung jawab sedang melewati masa bahagia diawal-awal pernikahannya. “ Selamat ya dan Semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah”, ribuan doa dan ucapan tersebut dipanjatkan kepada kedua mempelai. Sebuah harapan besar bagi mereka berdua untuk bisa saling mencintai satu sama lain sehidup-semati serta dikaruniai anak-anak yang solih/soliha. Merekalah kedua orangtua kita, ayah dan ibu kita, umi dan abi. Detik demi detik terus berlalu waktu terus berjalan tanpa terasa sudah masuk dalam kehamilan 3 bulan berjalan. Selama ibu mengandung, kedua orangtua kita tak henti-henti memanjatkan doa berharap agar dikaruniai anak yang cakep, pintar, sehat, tidak cacat dan solih/a. Seiring waktu berjalan kehamilan ibu sudah sampai waktunya, berita gembira tersiar pada kerabat dan sanak saudara bahwa ibu mau melahirkan. Sesibuk-sibuknya ayah bekerja atau berdagang pada saat itu juga ia menyempatkan waktunya untuk menanti kelahiran sang bayi. Sebuah perkataan terlontar dari mulut seorang ibu yang mulia kepada bidan, “andai saja ada dua pilihan, apakah aku atau anakku yang harus mengalah (meninggal) maka pilihlah aku saja yang harus mengalah” kata-kata itu terlontar pada saat ibu sedang berjuang melawan kontraksi yang sangat hebat rasa sakitnya. Saat-saat yang ditunggu akhirnya tiba, jeritan tangis seorang bayi terdengar ditelinga dan itulah Anda, ucapan Hamdallah terucap dari bibir orang-orang yang sedang menyaksikan peristiwa besar tersebut, disisi lain ibu sedang terbujur lemas dengan senyum kebahagiaan.

Doa yang selama ini dipanjatkan akhirnya terkabul sebagian, ya Anda dilahirkan secara sempurna, sehat dan cakep sampai saat ini sedangkan pintar dan solih belum bisa terlihat pada saat kecil dulu. Suara Adzan dikumandangkan ditelinga kanan Anda pada saat 7 harian agar sang anak terbiasa dengan hal kebaikan sekaligus berharap bisa menjadi anak yang solih. Perlahan Anda tumbuh dan berkembang dengan pesat dan mulai diajarkan untuk berjalan, bernyanyi, dan tertawa. Ayah berusaha banting tulang agar Anda bisa sekolah mengenyam pendidikan agar menjadi anak yang pintar. Sedekit demi sedikit Anda sudah mulai bisa menggambar, menulis, membaca hingga menyanyi. Setahap demi setahap bangku sekolah telah dilewati hingga Anda lulus menggunakan seragam Putih Abu-abu dan Anda telah menjadi seorang anak yang pintar karena sudah menempuh pendidikan 12 tahun. Satu doa lagi akhirnya terkabul tinggal satu doa yang belum sepenuhnya terkabul yaitu doa dikaruniai anak yang solih.

Sekarang Anda sudah cukup pintar, merasa tau apa yang terbaik untuk diri Anda sehingga tak perlu lagi disuruh-suruh oleh orangtua. Dengan kepintaran yang Anda miliki sekarang, Anda semakin bebas berbuat apa saja terkadang nasihat dari orangtua tak Anda dengar dengan baik, setiap kali dinasihati tiap kali itu juga anda membantah dengan kepintaran yang anda miliki. Jatah waktu untuk berkumpul dengan kedua orangtua semakin berkurang karena Anda lebih memilih berduaan jalan bareng, makan bareng, nonton bareng dan menghabiskan uang bersama sang pacar. Berbagai hadiah Anda berikan, berkali-kali kata sayang Anda ucapkan, berkali-kali ungkapan rasa cinta Anda utarakan untuk sang pacar padahal belum sekalipun hal itu Anda lakukan pada Ibu yang katanya Anda benar-benar sayangi. Di sisi lain kita lebih diasikan untuk nongkrong-nongkrong bersama teman-teman dari mulai menggosip, main warnet atau PS seharian ataupun asik dengan hobi serta kesibukannya dan akhirnya sholat pun diabaikan. Lebih suka berlama-lama di mall atau di hotspotan sepertinya tak ada waktu untuk membaca Al Quran. Terkadang sedekah sering dilupakan bila ada recehan baru di infaqan, aurat masih sering tidak ditutupi, semangat menabung untuk membeli gadget lebih kuat dibanding untuk kurban atau umrah, cita-cita keluar negeri lebih besar dibandingkan punya cita-cita pergi haji. Sering rasanya hati ini hampa karena sholat pun baru ditunaikan ketika sedang dihadapkan oleh suatu masalah saja, kalaupun sering sholat masih jauh dari kata khusyuk. Sering kali baru terbiasa sering sholat, suka ngaji, tukang menolong sudah merasa baik seakan-akan sedikit dosa dan banyak pahala, gampang menuduh orang padahal orang yang kita tuduh bisa aja jauh lebih baik dimata Allah, senang beribadah tapi jauh dari keikhlasan, tobat sehari kambuh seminggu, memang tak ada yang sempurna didunia ini.

Tugas kita adalah mengurangi kemaksiatan-kemaksiatan dalam diri kita dan perlahan menjalankan perintah-Nya. Kalau saat ini anda belum sholat maka sholat-lah! Tak mampu berdiri maka duduklah, tak mampu duduk maka berbaringlah, tak mampu berbaring maka berkediplah, bersucilah dengan berwudhu jika tak mampu maka tayamumlah, jika tak kuat lima waktu mulailah dengan satu waktu dan bertahap hingga terbiasa lima waktu, karena sholat hukumnya wajib!!! Begitu mudah islam memberikan keringanan kepada pemeluknya. Sholat yang baik dan benar akan membawa kita menjauh dari keburukan dan mendekati kepada kebaikan. Orang yang sholat dengan baik dan benar akan dijamin kebahagiaan dunia dan akhirat. Sholatlah dalam segala kondisi baik banyak masalah ataupun sedikit masalah, baik lagi malas ataupun sedangkan semangat karena sholat merupakan salah satu fitrah makhluk yang bernama manusia sekaligus ungkapan rasa syukur kepada sang Khaliq.

Ini adalah sebuah pertanyaan besar bagi kita, padahal sebelum, saat dan sesudah kita dilahirkan hingga detik ini yang namanya doa agar dikaruniai anak yang solih/a masih tetap dipanjatkan oleh kedua orangtua, kerabat dan sanak saudara untuk kita. Apakah doanya yang salah atau kitanya yang cuma punya identitas muslim di KTP? Silahkan tanya pada diri kita masing-masing? Toh jawabannya kita yang lebih tau kondisi yang sebenarnya tentang kualitas keimanan kita, wallahualam.

Nb : yang menulis artikel ini pun tidak sebaik apa yang ia tuliskan, penulis hanya ingin berbagi sekaligus memperbaiki diri.

Dan,….

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun