Mohon tunggu...
Dan Jr
Dan Jr Mohon Tunggu... Lainnya - None

私の人生で虹にならないでください、私は黒が好きです

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[RoseRTC] Jangan Mati Dulu

16 September 2016   17:51 Diperbarui: 16 September 2016   21:24 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dibiarkannya malam mengutuk purnama yang tak bisa menyembunyikan senyum. Jiwa yang terluka, dikoyaknya agar hingar tak dapat menembus siapapun di telaga impian. Gagah sukma yang berjalan menepis harapan kosong yang menjadi bualan fana. Kemudian, ia melemparkan diri pada detik – detik kematian yang tak kunjung tiba.

Ibunya mati, september sembilan puluh lima. Membuat dirinya tak segan mengutuk semesta di akhir agustus. Remah – remah kehidupan yang dipungutnya sejak belia, ditelantarkan begitu saja dalam duka nestapa. Aku begitu merindukan kematianpikirnya, ketika roda hidup berjalan kedepan tanpa memberi ampun pada sebuah asa yang hilang.

Hampir saja jiwanya terbelah, berpisah dengan dunia, kalau saja tak ada wanita bodoh yang mendekat dan bercerita tentang makna kehidupan. Hampir saja ia akan mencium wanginya api neraka, kalau saja wanita itu tak mempersilakan diri untuk menjadi pegangan. Aku sudah gila batinnya, ketika menyadari asa terakhir yang dipunyainya adalah cinta.

Waktu itu pukul dua belas malam, tanggal empat belas september, dua ribu enam belas. Tubuhnya sudah berusia dua puluh tujuh tahun, namun wajahnya terlihat lebih muda daripada sewajarnya. Tak pernah mengenal cinta, selalu mengurung diri dari dunia, kemudian ia terjebak dalam kasih dari manusia yang tak dikenalnya.

“Jangan mati dulu” kata wanita itu, seolah ia adalah malaikat pembawa berkah untuk tetap bertahan hidup.

“Kenapa harus?” katanya, sebab setan sudah mengisi sebagian dari tubuh rongsok yang kehilangan harap itu.

“Karena kau manusia” kata wanita itu lagi, seolah dia bukanlah makhluk yang berasal dari dunia yang sama.

“Lalu?”

“Manusia punya takdirnya sendiri untuk kematian, tak usah kau paksakan agar dia menjemputmu lebih awal”

Jembatan itu menjadi saksi, sebuah kehidupan dimulai lagi dari awal, derasnya aliran air dibawah seolah pertanda bahwa ada arus yang akan diikuti dalam kehidupan baru ini. Namun, dia tak ingin sendiri, dia sudah lelah menikmati duka itu dalam kesepian.

“Apakah kau yakin, tak akan kesepian setelah mati?” kata wanita itu, seolah bisa membaca pikirannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun